AS Cari Negara Lain untuk Deportasi Imigran, Usai El Salvador
Setelah El Salvador, Amerika Serikat kini mencari negara lain untuk menampung imigran gelap berbahaya, ungkap Menteri Luar Negeri Marco Rubio, imbas tingginya angka imigran gelap di AS.

Amerika Serikat sedang gencar mencari negara-negara alternatif selain El Salvador untuk menampung imigran gelap yang dianggap berbahaya. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Marco Rubio pada Rabu, 30 April, dalam rapat kabinet bersama Presiden Donald Trump. Pernyataan ini muncul sebagai respons atas jumlah imigran gelap yang signifikan di wilayah AS.
Rubio mengungkapkan, "Kami secara aktif mencari negara-negara lain untuk menerima orang-orang dari negara ketiga." Pernyataan tersebut semakin menegaskan urgensi masalah imigrasi gelap di AS dan upaya pemerintah untuk mencari solusi di luar negeri. Langkah ini juga menunjukkan strategi pemerintah AS untuk mengurangi beban imigran gelap di dalam negeri.
Keputusan ini diambil menyusul pernyataan sebelumnya oleh Plt Direktur Penegakan Imigrasi dan Bea Cukai AS, Tom Homan. Homan menyatakan bahwa sekitar 700.000 imigran gelap dengan catatan kriminal masih berada di AS. Angka ini semakin mengkhawatirkan ketika dikaitkan dengan 1,4 juta imigran gelap lainnya yang telah mendapatkan perintah deportasi tetapi masih menetap di negara tersebut.
Upaya Kerja Sama Internasional
Pemerintah AS tampaknya berupaya menjalin kerja sama internasional dalam menangani masalah ini. Rubio menjelaskan, "Kami bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mengatakan, 'kami ingin mengirim beberapa manusia paling hina ke negara Anda, kami melakukan itu sebagai bantuan kepada diri kami,' dan semakin jauh dari AS semakin baik." Pernyataan ini menunjukkan pendekatan pragmatis AS dalam mencari solusi, meskipun dengan bahasa yang cukup keras.
Meskipun detail kerja sama tersebut belum diungkapkan secara rinci, pernyataan Rubio menunjukkan komitmen AS untuk mencari solusi internasional. Hal ini juga menunjukkan bahwa AS mungkin menawarkan insentif atau bentuk bantuan lainnya kepada negara-negara yang bersedia menerima deportasi imigran gelap.
Strategi ini menimbulkan pertanyaan mengenai aspek etika dan hukum internasional. Bagaimana negara-negara lain akan merespons tawaran AS? Apakah ada perjanjian atau kesepakatan internasional yang mengatur hal ini? Pertanyaan-pertanyaan ini memerlukan kajian lebih lanjut.
El Salvador dan CECOT
Sebelumnya, Presiden Salvador Nayib Bukele telah mengusulkan kerja sama dengan AS untuk menampung tahanan yang dikirim dari AS di Pusat Penahanan Terorisme (CECOT) di El Salvador. CECOT merupakan lembaga penahanan berukuran besar yang telah ditawarkan sebagai tempat detensi bagi tahanan AS dengan imbalan biaya tertentu.
Namun, rencana ini tampaknya belum sepenuhnya berjalan sesuai harapan. AS kini mencari alternatif lain, menunjukkan bahwa mungkin terdapat kendala atau pertimbangan lain yang menyebabkan AS mencari solusi di negara lain. Hal ini bisa jadi terkait dengan kapasitas CECOT, biaya operasional, atau pertimbangan politik lainnya.
Situasi ini menyoroti kompleksitas masalah imigrasi dan tantangan yang dihadapi AS dalam mengatasinya. Pencarian negara lain untuk menampung imigran gelap menunjukkan bahwa AS sedang berupaya mencari solusi yang komprehensif, meskipun dengan pendekatan yang kontroversial.
Langkah AS ini juga memunculkan pertanyaan tentang hak asasi manusia dan perlakuan terhadap imigran gelap di negara-negara yang bersedia menerima deportasi. Penting bagi negara-negara tersebut untuk memastikan bahwa hak-hak imigran tetap terlindungi.
Kesimpulan
Upaya AS dalam mencari negara lain untuk menampung imigran gelap merupakan langkah signifikan dalam strategi penanganan imigrasi. Meskipun pendekatan ini menimbulkan berbagai pertanyaan etika dan hukum, hal ini menunjukkan urgensi masalah imigrasi gelap di AS dan upaya pemerintah untuk mencari solusi di luar negeri. Perkembangan selanjutnya dari upaya ini perlu dipantau untuk melihat dampaknya terhadap imigran dan hubungan internasional.