ASN Rupbasan Makassar Terlibat Jaringan Narkoba, Polisi Telusuri Jaringannya
Polisi di Sulawesi Selatan mengungkap keterlibatan ASN Rupbasan Makassar dalam jaringan narkoba dan tengah menelusuri jaringan tersebut, termasuk kemungkinan keterlibatan internasional.

Aparatur Sipil Negara (ASN) di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara (Rupbasan) Makassar, Sulawesi Selatan, berinisial AS alias SD (32), ditangkap karena terlibat dalam peredaran narkotika jenis sabu. Penangkapan ini dilakukan oleh Direktorat Reserse Narkoba Polda Sulsel pada 22 Februari 2025 di Jalan Poros Barandi, Kecamatan Watang Pulu, Kabupaten Sidrap, berdasarkan informasi masyarakat. AS berperan sebagai pengedar sabu, mendapatkan upah Rp200.000 setiap dua hari sekali dari hasil penjualan sabu yang ia peroleh dari seseorang berinisial AI yang kini tengah diselidiki.
Penangkapan AS bermula dari informasi masyarakat tentang transaksi narkoba di lokasi tersebut. Polisi menggunakan berbagai teknik dan teknologi untuk mengungkap kasus ini, berhasil mengamankan barang bukti berupa 143,9 gram sabu. Saat ini, barang bukti tersebut telah diserahkan ke Laboratorium Forensik untuk memastikan kandungan dan beratnya. Polisi juga tengah menyelidiki kemungkinan keterlibatan jaringan internasional dalam kasus ini, mengingat ada lima tersangka lain yang terlibat dalam kasus narkoba, empat kasus sabu dan satu kasus ganja, dengan total barang bukti 846 gram lebih sabu dan dua kilogram ganja.
Plt Direktur Ditresnarkoba Polda Sulsel, AKBP Gany Alamsyah Hatta, menyatakan bahwa polisi sedang menelusuri jaringan peredaran narkoba yang melibatkan AS. "Peran dia disuruh menjual narkotika jenis sabu, dan hasil penjualannya di setor setiap dua hari. Bersangkutan memperoleh keuntungan Rp 200 ribu setiap penyetoran," jelas AKBP Gany. Polisi juga tengah menyelidiki kemungkinan peredaran narkoba hingga ke lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan, meskipun AKBP Gany enggan berkomentar lebih jauh. Ia hanya analogikan, "Kalau pedagang pasar pasti dia jual di pasar, anak sekolah pasti bawa ke sekolah, ke petugas diskotik, pasti ke diskotik. Kalau ini, silahkan jawab sendiri. Yang pasti akses mereka ke sana kemungkinan besar ada."
Pengungkapan Kasus dan Tersangka Lainnya
Selain AS, polisi juga menangkap tersangka lain, yaitu RI alias RD (35), seorang honorer Dinas PU Provinsi Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. RD ditangkap di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar, Maros, karena kepemilikan 2 kilogram ganja. Polisi sedang menyelidiki jaringan peredaran ganja yang melibatkan RD, termasuk kemungkinan asal ganja tersebut dari luar Sulawesi Selatan. "Untuk ganja sendiri, belum pernah kita temukan dari luar negeri adanya dalam negeri. Yang pasti, kondisi dia (tersangka) dari bandar, berarti luar dari Sulsel. Kalau yang lain sebagainya (sabu) kemungkinan ada berangkat dari luar negeri. Kita sedang dalami itu," ungkap AKBP Gany.
Barang bukti sabu yang disita dalam kasus ini berasal dari beberapa tempat, dan polisi tengah menyelidiki kemungkinan keterkaitan dengan kasus-kasus narkoba lain yang melibatkan bandara dan pelabuhan. Hal ini mengindikasikan kemungkinan keterlibatan jaringan internasional. Polisi akan terus mendalami kasus ini untuk mengungkap seluruh jaringan peredaran narkoba.
Polisi juga akan menyelidiki kemungkinan peredaran narkoba sampai ke lembaga pemasyarakatan atau rumah tahanan. "Untuk mereka edarkan ke mana, jadi konsumsi, kami coba untuk rekonstruksi kasus ini sampai ke mana jaringannya. Yang pasti bisa analogikan, kalau pedagang pasar pasti dia jual di pasar, anak sekolah pasti bawa ke sekolah, ke petugas diskotik, pasti ke diskotik. Kalau ini, silahkan jawab sendiri. Yang pasti akses mereka ke sana kemungkinan besar ada," jelas AKBP Gany.
Ancaman Hukuman
Tersangka AS akan dijerat dengan pasal 114 dan pasal 112 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sedangkan tersangka RD akan dijerat dengan pasal 111 ayat 2. Ancaman hukumannya adalah pidana di atas lima tahun, seumur hidup, atau hukuman mati.
Penyelidikan kasus ini masih terus berlanjut untuk mengungkap seluruh jaringan peredaran narkoba dan kemungkinan keterlibatan pihak-pihak lain. Polisi berkomitmen untuk memberantas peredaran narkoba di Sulawesi Selatan.