Banjir Jember: 1.297 Jiwa Terdampak, Satu Rumah Rusak Berat
Banjir yang melanda empat kecamatan di Jember, Jawa Timur pada Minggu (19/1) telah menyebabkan 479 KK atau 1.297 jiwa terdampak, dengan satu rumah mengalami kerusakan berat, sementara penyebab utamanya adalah penyempitan drainase.
Banjir yang melanda empat kecamatan di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Minggu (19/1) malam telah mengakibatkan dampak signifikan bagi warga sekitar. Sebanyak 479 kepala keluarga (KK) atau 1.297 jiwa terpaksa merasakan dampaknya. Beruntungnya, tidak ada korban jiwa dilaporkan dalam kejadian ini.
Kepala BPBD Jember, Widodo Julianto, menyatakan bahwa genangan air sudah surut pada Seninnya. Warga, dibantu petugas, langsung melakukan pembersihan pasca-banjir. Banyak warga yang telah berinisiatif membersihkan rumah mereka sendiri sejak malam sebelumnya.
Hujan deras yang mengguyur Jember sejak pukul 12.30 WIB hingga malam menjadi pemicu utama bencana ini. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan luapan air menggenangi pemukiman warga dan menyebabkan kemacetan di sejumlah ruas jalan.
Menurut hasil asesmen BPBD Jember, penyempitan drainase akibat timbunan tanah, sampah, dan bangunan menjadi penyebab utama meluapnya air di beberapa titik di wilayah perkotaan Jember. Hal ini menandakan pentingnya pengelolaan drainase yang lebih baik untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Tujuh kelurahan/desa di empat kecamatan terdampak, yaitu Sumbersari, Kaliwates, Rambipuji, dan Bangsalsari. Meskipun dampaknya cukup luas, berita baiknya adalah tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Satu rumah milik nenek Endang Sukarsih di Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kaliwates, mengalami kerusakan berat. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Jember telah mendata sejumlah titik lokasi banjir, di antaranya di lingkungan Gumuk Kerang, Perumahan Mastrip, Perumahan Jember Permai II, Perumahan Semeru, Kelurahan Kebonsari, Kelurahan Mangli, Perumahan Istana Tegal Besar, Kelurahan Sempursari, Desa Rambigundam, dan Desa Tisnogambar.
BPBD Jember telah menyalurkan bantuan logistik untuk dapur umum mandiri di beberapa kelurahan dan desa terdampak. Selain itu, asesmen dan penanganan terus dilakukan untuk membantu warga yang terdampak. Langkah ini menunjukkan kesigapan pemerintah daerah dalam menangani situasi darurat.
Sebagai langkah antisipasi, BPBD Jember merekomendasikan kewaspadaan terhadap potensi hujan deras yang bisa memicu banjir susulan. Tim Jitupasna juga akan meninjau kembali bangunan-bangunan yang berada di atas saluran air. Pembersihan saluran irigasi yang tersumbat oleh sampah dan material lainnya juga akan dilakukan melalui kerja bakti bersama pihak kelurahan/desa.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda menjelaskan bahwa curah hujan tinggi di Jawa Timur, termasuk Jember, disebabkan oleh beberapa fenomena gelombang atmosfer seperti Kelvin, Equatorial Rossby, dan La Nina. Suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Jawa Timur dan angin monsun Asia Barat turut berkontribusi pada pembentukan awan konvektif selama musim hujan. BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana hidrometeorologi dan menjaga kebersihan lingkungan.