Bapanas Optimistis Indonesia Capai Swasembada Pangan di 2025
Badan Pangan Nasional (Bapanas) optimis Indonesia akan mencapai swasembada pangan berkat inflasi terendah dan stok beras melimpah, serta kebijakan strategis untuk petani.

Jakarta, 3 Mei 2025 - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyatakan optimisme terkait pencapaian swasembada pangan di Indonesia. Optimisme ini didasari oleh beberapa faktor kunci, antara lain penguatan stok beras nasional, inflasi yang tercatat sebagai yang terendah sepanjang sejarah Indonesia, dan kebijakan strategis yang difokuskan untuk meningkatkan produksi pangan serta kesejahteraan petani.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyampaikan pernyataan optimismenya dalam konferensi pers di Jakarta. Ia menekankan bahwa inflasi yang rendah dan stok beras yang terjaga dengan baik menjadi kunci utama dalam pencapaian target swasembada pangan. "Inflasi rendah dan stok beras terjaga, kami optimistis Indonesia bisa mencapai swasembada pangan," tegasnya.
Prestasi dalam pengendalian inflasi dan pengelolaan stok beras menjadi sorotan utama. Inflasi Indonesia pada tahun 2024 tercatat sebesar 1,57 persen, angka terendah dalam sejarah Indonesia. Keberhasilan ini menunjukkan efektivitas strategi pemerintah dalam mengendalikan harga pangan nasional.
Stok Beras Nasional dan Inflasi Rendah
Salah satu faktor kunci yang mendukung optimisme Bapanas adalah stok beras pemerintah (CBP) yang mencapai 3,1 juta ton. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Indonesia merdeka dan menjadi fondasi kuat bagi ketahanan pangan nasional. Arief Prasetyo Adi menyatakan, "Sejak tahun 1958, inflasi Indonesia berada pada titik terbaik, di 1,57 persen (di 2024). Ini ditopang oleh ketersediaan beras yang juga terbaik dalam sejarah. Hari ini mencapai 3,1 juta ton."
Ketersediaan beras yang melimpah ini berkontribusi signifikan terhadap stabilitas harga pangan dan menekan angka inflasi. Hal ini juga memberikan jaminan pasokan beras bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Lebih lanjut, Bapanas juga menekankan pentingnya peningkatan produksi pangan nasional yang selaras dengan peningkatan kesejahteraan petani. Hal ini sejalan dengan fokus pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.
Peningkatan Kesejahteraan Petani dan Ketahanan Pangan
Arief Prasetyo Adi mengungkapkan komitmen pemerintah dalam memperhatikan kesejahteraan petani. "Bapak Prabowo sangat concern terhadap kesejahteraan petani. Kita ingin produksi naik, tapi juga petani sejahtera," ujarnya, menekankan fokus Presiden Prabowo Subianto pada kesejahteraan petani.
Bapanas juga menjelaskan bahwa ketahanan pangan Indonesia harus dibangun berdasarkan kemandirian dan kedaulatan pangan. Tiga pilar utama yang menjadi perhatian adalah ketersediaan (availability), keterjangkauan (affordability), dan kemudahan akses (accessibility). Namun, tujuan utamanya tetap pada pencapaian swasembada pangan.
Sebagai gambaran, meskipun harga beras di beberapa negara tetangga mengalami kenaikan, Indonesia tetap mampu menjaga stabilitas harga. Harga pembelian gabah petani tetap stabil di angka Rp6.500 per kilogram (kg), dengan ketersediaan stok yang memadai.
Proyeksi Surplus dan Tantangan Ke Depan
Bapanas memproyeksikan surplus beras hingga 1,68 juta ton pada Mei 2025. Namun, Arief Prasetyo Adi mengingatkan pentingnya menjaga keberlanjutan pencapaian ini. "Dengan kerja keras kementerian teknis dan dukungan berbagai pihak, sampai Mei 2025 kita surplus 1,68 juta ton. Tapi ini harus dijaga. Jika kita tidak mempertahankan luas tanam 6,61 juta hektare, produksi bisa di bawah kebutuhan nasional yang rata-rata 2,5 sampai 2,6 juta ton per bulan," katanya.
Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya upaya berkelanjutan dalam menjaga luas lahan tanam dan produktivitas pertanian untuk memastikan keberhasilan swasembada pangan di masa mendatang. Pemerintah perlu memastikan program-program pendukung pertanian tetap berjalan efektif untuk mencapai tujuan tersebut.
Secara keseluruhan, Bapanas optimis Indonesia akan mencapai swasembada pangan. Namun, keberhasilan ini membutuhkan komitmen dan kerja keras dari semua pihak, termasuk pemerintah, petani, dan seluruh pemangku kepentingan terkait.