Produksi Beras Nasional Tembus 1 Juta Ton di April 2025, Mentan Amran Sulaiman: Berita Gembira!
Menteri Pertanian memprediksi produksi beras nasional mencapai 1 juta ton pada April 2025, surplus yang membanggakan setelah puluhan tahun.

Jakarta, 29 April 2025 - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyampaikan kabar gembira terkait produksi beras nasional. Dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, ia memprediksi produksi beras pada April 2025 akan mencapai angka fantastis: satu juta ton. Prediksi ini didasarkan pada data terkini yang menunjukkan serapan beras hampir mencapai angka tersebut dalam waktu singkat. Kabar baik ini menjadi pencapaian signifikan setelah puluhan tahun Indonesia menghadapi tantangan dalam hal ketahanan pangan beras.
Amran Sulaiman menjelaskan, "Pada satu bulan, per hari ini adalah 950 ribu ton. Masih ada dua hari lagi. Itu baru satu bulan, bulan April saja, serapannya (hampir mencapai) satu juta ton." Ia menambahkan, "Tadi pagi (tercatat) 50 ribu ton, berarti dua hari lagi mungkin (tambahan) mencapai 100 ribu ton, (sehingga totalnya) 1.050.000 ton. Itu kebanggaan kita, mungkin 20-30 tahun terakhir ini tidak pernah terjadi. Itu berita gembira."
Prediksi produksi beras satu juta ton di bulan April 2025 ini merupakan peningkatan signifikan dibandingkan periode sebelumnya. Dengan stok beras nasional yang telah mencapai 3,18 juta ton pada Sabtu, 26 April 2025, penambahan produksi ini akan membawa Indonesia ke surplus beras lebih dari empat juta ton. Kenaikan produksi ini menjadi bukti nyata keberhasilan program pemerintah dalam meningkatkan produktivitas pertanian.
Surplus Beras dan Pertimbangan Ekspor
Meskipun surplus beras melimpah, Mentan Amran Sulaiman menyatakan bahwa pemerintah masih mempertimbangkan dengan cermat rencana ekspor beras. Meskipun beberapa negara, termasuk Malaysia, telah menyatakan minat untuk mengimpor beras dari Indonesia, prioritas utama tetap pada pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Keputusan ekspor baru akan diambil setelah dipastikan bahwa kebutuhan domestik terpenuhi sepenuhnya.
Pertimbangan ini didasari oleh pentingnya antisipasi terhadap tantangan iklim global yang dapat berdampak pada stabilitas produksi pangan nasional. Amran Sulaiman menekankan pentingnya belajar dari pengalaman negara-negara lain seperti Jepang, Malaysia, dan Filipina yang pernah mengalami krisis pangan akibat ketidakpastian iklim dan cuaca ekstrem. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan nasional.
Lebih lanjut, Mentan menegaskan loyalitasnya kepada Presiden Prabowo Subianto. "Kami loyal kepada Bapak Presiden (Prabowo Subianto). Kalau beliau mengatakan ekspor, kami pasti lakukan ekspor. Tapi (prioritas) kita (saat ini adalah) menjaga stok dalam negeri," ujar Amran.
Antisipasi Tantangan Ketahanan Pangan
Pemerintah menyadari pentingnya antisipasi terhadap berbagai tantangan yang dapat mengganggu ketahanan pangan. Oleh karena itu, berbagai strategi dan kebijakan terus dikembangkan untuk memastikan produksi pangan nasional tetap stabil dan mencukupi kebutuhan masyarakat. Salah satu fokus utama adalah peningkatan produktivitas pertanian melalui inovasi teknologi dan pengembangan infrastruktur pertanian.
Selain itu, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan akses petani terhadap teknologi dan informasi pertanian modern. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian, serta meningkatkan daya saing produk pertanian Indonesia di pasar global. Dengan demikian, Indonesia dapat menghadapi tantangan ketahanan pangan dengan lebih baik dan siap menghadapi perubahan iklim.
Keberhasilan dalam mencapai produksi beras satu juta ton pada April 2025 merupakan langkah signifikan dalam upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Namun, pemerintah tetap waspada dan terus berupaya untuk memastikan keberlanjutan produksi pangan di masa mendatang. Komitmen untuk menjaga stok dalam negeri menjadi prioritas utama, meskipun peluang ekspor tetap dipertimbangkan dengan cermat.
Dengan surplus beras yang signifikan, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat posisinya sebagai negara penghasil beras utama di kawasan Asia Tenggara. Namun, keberhasilan ini juga harus diiringi dengan upaya untuk meningkatkan kualitas beras dan diversifikasi produk pertanian lainnya untuk menjamin ketahanan pangan yang berkelanjutan.