Belantara Foundation Bangun Menara Pantau untuk Mitigasi Konflik Gajah di OKI
Belantara Foundation membangun menara pantau gajah dan memberikan pelatihan mitigasi konflik manusia-gajah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, guna melindungi gajah Sumatera yang terancam punah dan mengurangi kerugian masyarakat.
Inisiatif Konservasi Gajah Sumatera di OKI
Belantara Foundation baru-baru ini meluncurkan program konservasi gajah di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan. Program ini berfokus pada upaya mitigasi konflik antara manusia dan gajah, khususnya di Desa Jadi Mulya dan sekitarnya. Langkah krusial dalam program ini adalah pembangunan menara pantau gajah yang bertujuan untuk memantau pergerakan gajah dan mencegah konflik.
Mengapa OKI?
Lanskap Padang Sugihan di OKI merupakan habitat penting bagi populasi gajah Sumatera. Kelompok gajah di wilayah ini cukup besar dan memiliki potensi untuk mendukung keberlangsungan spesies dalam jangka panjang. Oleh karena itu, upaya konservasi di daerah ini sangat vital untuk masa depan gajah Sumatera.
Bagaimana Program Dilaksanakan?
Program konservasi ini memiliki tiga fokus utama. Pertama, pelatihan mitigasi konflik manusia-gajah diberikan kepada setidaknya 75 warga dari lima desa: Desa Jadi Mulya, Desa Simpang Heran, Desa Banyu Biru, Desa Sri Jaya Baru, dan Desa Suka Mulya. Pelatihan ini bertujuan agar masyarakat mampu menangani konflik gajah secara mandiri. Kedua, edukasi dan penyadaran pentingnya pelestarian gajah dan ekosistemnya dilakukan melalui pendekatan inovatif seperti dongeng, yang telah menjangkau sekitar 400 siswa dan 60 guru dari tujuh SD setempat. Ketiga, program ini juga berfokus pada pemenuhan kebutuhan nutrisi gajah melalui penanaman pakan dan pembuatan tempat penggaraman (salt licks).
Infrastruktur dan Peralatan Pendukung
Selain pelatihan, Belantara Foundation juga membangun dua menara pantau gajah di Desa Jadi Mulya dan Desa Simpang Heran. Sebagai tambahan, mereka menyumbangkan peralatan penting seperti handy talkie, teropong, meriam karbit portabel, dan senter untuk mendukung upaya mitigasi konflik. Mereka juga menanam sereh wangi seluas 2 hektar sebagai penghalang alami bagi gajah.
Dukungan dari Berbagai Pihak
Inisiatif ini mendapatkan apresiasi positif dari pihak terkait, termasuk Polisi Hutan Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Sumatera Selatan. Ruswanto, dari BKSDA, menekankan pentingnya menara pantau dan peralatan pendukung dalam memperkuat kesiapan masyarakat dalam mengatasi konflik dengan gajah Sumatera, yang dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 dan terdaftar sebagai spesies Critically Endangered (kritis) dalam IUCN Red List.
Dampak Positif bagi Masyarakat
Heryanto, Sekretaris Desa Jadi Mulya, menjelaskan bahwa konflik gajah-manusia meningkat setelah kebakaran hutan hebat di tahun 1991, 1997, dan 2015. Namun, berkat program Belantara Foundation, masyarakat Desa Jadi Mulya kini merasa lebih aman dan terlindungi dari ancaman gajah. Menara pantau yang dibangun di lokasi strategis memudahkan tim mitigasi konflik untuk mengantisipasi kehadiran gajah dan mengarahkannya kembali ke hutan sebelum memasuki pemukiman.
Kesimpulan
Program Belantara Foundation di OKI merupakan contoh nyata kolaborasi yang sukses dalam upaya konservasi gajah Sumatera. Dengan pendekatan terpadu yang melibatkan masyarakat, pemerintah, dan pihak swasta, program ini berhasil mengurangi konflik manusia-gajah sekaligus melindungi habitat gajah yang semakin terancam. Semoga program ini dapat menginspirasi upaya konservasi serupa di daerah lain.