Bima Arya Tekankan Integritas dan Kompetensi dalam Kepemimpinan di IPDN Sulut
Wamendagri Bima Arya dalam kuliah umum di IPDN Sulut menekankan pentingnya integritas dan kompetensi sebagai pilar utama kepemimpinan yang diibaratkan sebagai konduktor orkestra.

Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto, memberikan kuliah umum di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Kampus Sulawesi Utara (Sulut), Kecamatan Remboken, Kabupaten Minahasa pada Rabu, 12 Maret 2024. Dalam kuliah tersebut, beliau menekankan pentingnya integritas dan kompetensi sebagai fondasi kepemimpinan yang efektif dan bertanggung jawab. Kuliah umum ini bertujuan untuk membentuk para praja IPDN menjadi pemimpin masa depan yang andal dan berintegritas.
Bima Arya menyampaikan bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar ambisi, melainkan amanah yang membutuhkan kesiapan dan tanggung jawab yang besar. Beliau mengingatkan para praja akan tantangan dan kompleksitas tugas seorang pemimpin, serta pentingnya kesadaran diri dalam menjalankan peran tersebut. "Banyak orang bercita-cita tinggi dan besar ingin menjadi pemimpin, termasuk Anda. Tetapi tidak semua sadar seperti apa menjadi pemimpin," ujar Bima Arya.
Analogi seorang konduktor orkestra digunakan untuk menggambarkan peran seorang pemimpin. Seorang konduktor harus mampu mengarahkan, mengelola, dan menyelaraskan berbagai elemen agar menghasilkan pertunjukan yang harmonis dan sukses. Begitu pula seorang pemimpin, yang harus mampu mengelola sumber daya dan bawahannya untuk mencapai tujuan bersama. Keberhasilan kepemimpinan diukur dari kemampuannya menciptakan harmoni dan kesuksesan bagi semua pihak yang terlibat.
Tiga Pilar Kepemimpinan: Kompetensi, Seni, dan Intuisi
Lebih lanjut, Bima Arya menjelaskan tiga aspek utama yang harus dimiliki seorang pemimpin, yaitu kompetensi, seni, dan intuisi. Kompetensi merujuk pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas kepemimpinan. "Konduktor itu harus punya kompetensi, tahu nadanya yang dimainkan di mana. Itu kompetensi. Bagaimana sulitnya memainkan bass, misalnya, atau biola, itu harus paham," jelasnya.
Aspek seni kepemimpinan, menurut Bima Arya, terletak pada kemampuan menyeimbangkan ketegasan dan kelembutan. Beliau menggunakan analogi memegang burung: terlalu erat akan membunuhnya, terlalu longgar akan membuatnya terbang. Seorang pemimpin yang bijak mampu menyeimbangkan keduanya agar bawahannya merasa nyaman dan termotivasi untuk berkembang. "Ada waktunya kita santai bersama kepala dinas, ketawa-ketawa, nyanyi-nyanyi, tapi ada waktunya saya keras pada kepala dinas kalau enggak benar ketika bekerja," tegas Bima.
Intuisi, sebagai aspek ketiga, merupakan kemampuan naluriah yang terasah melalui pengalaman. Intuisi tidak dapat dipelajari di kelas atau buku, melainkan diperoleh melalui pembelajaran dan pengamatan yang konsisten. Bima Arya mengutip sebuah kalimat, "Because leaders are those who know the way, who show the way, who lead the way. Tahu ujungnya di mana, kemudian caranya seperti apa, dan dia harus pimpin itu," tambahnya.
Integritas, Disiplin, dan Konsistensi: Pilar Utama Kepemimpinan
Bima Arya kembali menekankan pentingnya integritas, disiplin, dan konsistensi sebagai pilar utama kepemimpinan. Ketiga hal tersebut merupakan kunci keberhasilan dan keberlanjutan kepemimpinan. Tanpa integritas, disiplin, dan konsistensi, seorang pemimpin dapat dengan mudah jatuh dari puncak kesuksesan. Beliau memperingatkan, "From zero to hero to zero again. Anda bisa dengan susah payah mengasah kompetensi, bergerak cepat untuk naik ke puncak, tapi kalau tidak punya integritas, disiplin, dan konsistensi, Anda akan jatuh."
Kuliah umum ini memberikan wawasan berharga bagi para praja IPDN Sulut tentang pentingnya integritas dan kompetensi dalam kepemimpinan. Pesan Bima Arya untuk menyeimbangkan kompetensi teknis dengan seni kepemimpinan dan intuisi yang terasah dari pengalaman diharapkan dapat membentuk pemimpin-pemimpin masa depan yang berkarakter, bertanggung jawab, dan mampu membawa perubahan positif bagi bangsa dan negara.
Pengalaman Bima Arya di Lee Kuan Yew School of Public Policy, Singapura, juga memberikan perspektif internasional terhadap pentingnya kepemimpinan yang efektif dan berintegritas. Beliau menekankan bahwa kepemimpinan yang baik tidak hanya berfokus pada aspek teknis, tetapi juga pada aspek manusiawi dan etika.