Bukan Sekadar Lepas Penjajah, BRIN Maknai Kemerdekaan Iptek sebagai Kebebasan Berinovasi
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menegaskan Kemerdekaan Iptek BRIN berarti kebebasan berinovasi dan menciptakan solusi berbasis sains untuk kemajuan bangsa. Bagaimana BRIN mewujudkannya?

Jakarta, 17 Agustus – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menegaskan bahwa makna kemerdekaan bagi Indonesia tidak hanya sebatas lepas dari penjajahan fisik. Kemerdekaan kini juga mencakup kebebasan dalam berpikir, berinovasi, dan menciptakan solusi konkret berbasis ilmu pengetahuan.
Pernyataan ini disampaikan Handoko dalam Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia yang diselenggarakan di kantor BRIN, Jakarta, pada Minggu lalu. Menurutnya, kemerdekaan di era modern ini harus dimaknai sebagai upaya memerdekakan potensi sains dan teknologi dari berbagai hambatan yang ada.
Tujuan utama dari pemaknaan ini adalah agar ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mampu memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan rakyat Indonesia. Kemerdekaan iptek menjadi fondasi penting untuk memastikan bangsa ini tidak hanya menjadi konsumen, melainkan juga produsen teknologi.
Kedaulatan Teknologi sebagai Pilar Kemerdekaan Nasional
Laksana Tri Handoko menekankan bahwa riset dan inovasi merupakan instrumen krusial untuk memastikan Indonesia bertransformasi dari pengguna menjadi pencipta teknologi. Ekosistem riset yang kokoh adalah fondasi utama bagi kedaulatan teknologi suatu bangsa.
Sebagai satu-satunya lembaga riset nasional, BRIN terus berupaya memperkuat kolaborasi lintas sektor. Lembaga ini juga memfasilitasi penggunaan infrastruktur riset yang memadai serta mendorong pelaksanaan penelitian yang relevan dengan kebutuhan strategis negara.
Handoko menambahkan bahwa kemerdekaan di era kontemporer ini harus diartikan sebagai kemampuan bangsa untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan riset, teknologi, dan inovasi yang bersifat strategis dan memberikan dampak signifikan. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia untuk menjadi negara maju.
Menghadapi Tantangan Global dengan Riset Terarah
Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai tantangan global yang kompleks, seperti perubahan iklim, transisi energi, isu ketahanan pangan, dan masalah kesehatan. Handoko menilai bahwa semua tantangan ini memerlukan riset yang terarah dan inovasi yang dapat diimplementasikan dengan cepat.
Ia menegaskan pentingnya keberanian untuk melakukan lompatan besar, bukan sekadar berjalan, agar Indonesia tidak tertinggal dari negara-negara lain. Ini berarti membangun budaya riset yang produktif, kolaboratif, inklusif, dan adaptif terhadap dinamika global yang terus berubah.
Perjuangan bangsa, menurut Handoko, belum usai. Jika para pendiri bangsa dahulu berjuang memerdekakan negeri dari penjajahan fisik, maka tantangan saat ini adalah memerdekakan Indonesia dari ketergantungan terhadap teknologi asing. Kedaulatan teknologi harus menjadi bagian integral dari kedaulatan nasional.
Peran Generasi Muda sebagai Motor Penggerak Inovasi
BRIN juga menyoroti pentingnya melibatkan generasi muda sebagai motor penggerak utama inovasi di Indonesia. Handoko percaya bahwa anak muda Indonesia memiliki kreativitas dan semangat yang luar biasa untuk menciptakan terobosan-terobosan baru.
Kemerdekaan memberikan hak dan kesempatan bagi mereka untuk berkreasi dan melakukan eksperimen. Oleh karena itu, tugas bersama adalah memberikan dukungan penuh, fasilitas yang memadai, dan ruang bereksperimen yang luas bagi para inovator muda.
Peringatan HUT ke-80 RI ini, kata Handoko, menjadi pengingat bahwa upaya mencapai kemandirian dan kedaulatan teknologi adalah perjuangan berkelanjutan. Dengan semangat kemerdekaan iptek, Indonesia diharapkan mampu bersaing di kancah global.