Buku 'Drakula Ekonomi' Ungkap Sisi Gelap Industri Tembakau Indonesia
Buku 'Drakula Ekonomi' karya Mukhaer Pakkanna membahas eksploitasi industri tembakau di Indonesia, mulai dari sejarah hingga dampaknya terhadap petani dan generasi muda.
Jakarta, 7 Februari 2024 - Sebuah buku berjudul 'Drakula Ekonomi: Telaah Antropologis dan Sosial Ekonomi Industri Tembakau' telah diluncurkan, mengungkap sisi gelap industri tembakau di Indonesia. Buku yang ditulis oleh Mukhaer Pakkanna, peneliti senior di CHED ITB-AD, bersama Muhammadiyah Tobacco Control Network (MTCN) ini membahas secara mendalam tentang dampak industri tembakau terhadap ekonomi dan masyarakat Indonesia.
Mitos Budaya Rokok di Indonesia
Buku ini menantang anggapan bahwa merokok merupakan bagian dari budaya Indonesia. Mukhaer Pakkanna menjelaskan, "Asia Tenggara yang pertama mengenal budaya rokok dan tembakau itu adalah Filipina, karena dibawa oleh Spanyol. Belakangan, Indonesia itu karena dibawa oleh Belanda, jadi merokok itu sebenarnya kultur Eropa, itu bukan kultur Indonesia, bukan budaya Indonesia." Ia menegaskan bahwa tembakau, yang sering dianggap sebagai kearifan lokal, sebenarnya merupakan komoditas andalan yang diperkenalkan oleh Belanda melalui VOC.
Eksploitasi Petani dan Keuntungan Konglomerat
Buku 'Drakula Ekonomi' juga menyoroti kesenjangan ekonomi yang signifikan dalam industri tembakau. Mukhaer mencatat pendapatan petani tembakau yang sangat rendah, berkisar hanya Rp500.000, dibandingkan dengan keuntungan besar yang diraup oleh konglomerat pemilik bisnis tembakau. Ia menambahkan, "Hanya Indonesia, yang orang terkayanya berbasis bisnis tembakau. Sementara, di sebagian besar negara lain orang terkayanya berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi." Ini menunjukkan ketidakseimbangan yang mencolok dalam pembagian keuntungan industri tembakau.
Generasi Muda: Sasaran Empuk Iklan Tembakau
Buku ini juga membahas tentang bagaimana industri tembakau mengeksploitasi generasi muda Indonesia. Iklan-iklan tembakau seringkali menggambarkan produk mereka sebagai petualangan, menciptakan kesan bahwa merokok dapat membantu pencarian jati diri. Strategi pemasaran ini sangat memprihatinkan, mengingat dampak buruk merokok bagi kesehatan generasi muda.
Beban Negara Akibat Penyakit Terkait Tembakau
Mukhaer Pakkanna juga menyoroti besarnya pengeluaran negara untuk menanggulangi penyakit yang disebabkan oleh konsumsi tembakau. Angka ini, ironisnya, tidak sebanding dengan pendapatan negara dari cukai tembakau. Hal ini menunjukkan bahwa biaya kesehatan masyarakat yang ditimbulkan oleh industri tembakau jauh lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan.
Apresiasi dan Dukungan Pemerintah
Peluncuran buku 'Drakula Ekonomi' mendapat apresiasi dari Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami. Amich mengakui bahwa penurunan prevalensi merokok merupakan tantangan besar yang harus diatasi bersama, dan hal ini menjadi perhatian pemerintah dalam RPJMN dan RPJPN. Ia menekankan bahwa pengendalian konsumsi tembakau melalui berbagai instrumen, termasuk cukai, merupakan bagian penting dari kebijakan publik.
Kesimpulan
Buku 'Drakula Ekonomi' memberikan gambaran komprehensif tentang industri tembakau di Indonesia, mulai dari sejarahnya hingga dampak sosial dan ekonominya. Buku ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi berbagai pihak untuk bersama-sama berupaya mengurangi dampak negatif industri tembakau dan melindungi kesehatan masyarakat Indonesia. Semoga buku ini dapat mendorong perubahan kebijakan dan praktik yang lebih adil dan berkelanjutan dalam industri tembakau.