Bulog Diminta Atasi Masalah Beras Impor Berkutu, DPR Soroti Tata Kelola Persediaan Pangan
Anggota DPR RI Daniel Johan mendesak Bulog mengambil peran aktif mengatasi beras impor berkutu tahun 2024, dan meminta evaluasi kebijakan impor agar lebih terencana.

Anggota Komisi IV DPR RI, Daniel Johan, menyoroti permasalahan beras impor tahun 2024 yang ditemukan berkutu dan mendesak Perum Bulog untuk segera mengambil langkah strategis dalam mengatasinya. Permasalahan ini mencuat setelah ditemukannya sejumlah beras impor yang kualitasnya menurun akibat penyimpanan yang kurang optimal. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan ketersediaan pangan berkualitas bagi masyarakat Indonesia.
Menurut Daniel Johan, selama ini Bulog hanya berperan sebagai penyimpan dan penyalur bahan pangan tanpa memiliki kewenangan penuh dalam pengambilan keputusan. Ia menilai, situasi beras impor berkutu seharusnya bisa dihindari dengan perencanaan dan pengawasan yang lebih baik. "Negara itu wajib menyediakan pangan yang berkualitas untuk masyarakatnya," tegas Daniel dalam keterangan tertulisnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya pemantauan realtime terhadap stok beras di gudang Bulog. Sistem pengawasan yang efektif, menurutnya, harus memastikan penyaluran beras secara berkala, minimal setiap minggu, dengan basis data penerima yang valid. Penundaan penyaluran dapat menyebabkan penurunan kualitas beras dan berdampak pada kerugian ekonomi serta kesehatan masyarakat.
Peran Bulog dalam Mengatasi Beras Berkutu
Daniel Johan meminta Bulog untuk lebih proaktif dalam mengatasi masalah ini. Ia menyarankan agar Bulog tidak hanya menunggu arahan, tetapi juga mengambil inisiatif untuk melakukan pengecekan berkala dan memastikan kualitas beras yang disimpan tetap terjaga. Sistem penyimpanan dan penyaluran yang lebih efisien perlu diimplementasikan untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya transparansi dalam pengelolaan stok beras. Data yang akurat dan update akan membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat dan mencegah penumpukan beras yang berpotensi menurunkan kualitas. Hal ini juga akan meningkatkan kepercayaan publik terhadap kinerja Bulog dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Lebih jauh, Daniel Johan juga menyoroti perlunya evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan impor beras. Ia menekankan pentingnya perencanaan yang matang dan berbasis kebutuhan riil masyarakat, bukan hanya sekadar memenuhi target impor. "Tanpa perhitungan yang matang bisa membuat stok berlebihan sehingga menumpuk di gudang, kelamaan digudang pasti akan menurunkan kualitasnya," ujarnya.
Langkah-Langkah Antisipatif
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, menyatakan akan melakukan pengecekan langsung terhadap kualitas beras di gudang-gudang Bulog. Langkah ini dilakukan sebagai respons atas laporan mengenai temuan beras berkutu.
Bulog, menurut Sudaryono, berkomitmen untuk memperbaiki sirkulasi dan tata kelola penyimpanan beras. Tujuannya adalah untuk meminimalisir temuan beras berkutu di masa mendatang. Terkait beras yang sudah berkutu dan tidak layak konsumsi, Sudaryono menyatakan perlunya mencari solusi alternatif untuk mengatasinya.
Perbaikan sistem penyimpanan dan penyaluran beras menjadi kunci utama dalam mengatasi permasalahan ini. Hal ini meliputi peningkatan infrastruktur gudang, penerapan teknologi penyimpanan modern, serta pelatihan bagi petugas gudang untuk memastikan kualitas beras tetap terjaga. Selain itu, pengawasan yang ketat dan evaluasi berkala juga sangat penting untuk mencegah terjadinya pemborosan dan kerugian ekonomi.
Ke depannya, koordinasi yang lebih baik antara pemerintah, Bulog, dan stakeholders terkait sangat diperlukan untuk memastikan ketersediaan pangan yang berkualitas dan aman bagi masyarakat. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan stok pangan juga harus terus ditingkatkan untuk membangun kepercayaan publik.