Wamentan Periksa Kualitas Beras Bulog: Beras Berkutu Akan Diolah Jadi Pakan Ternak
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono akan mengecek kualitas beras Bulog yang dilaporkan berkutu, dengan kemungkinan pemanfaatan sebagai pakan ternak.

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono, yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, akan meninjau langsung kualitas beras yang disimpan di gudang-gudang Bulog. Langkah ini diambil sebagai respons atas laporan mengenai temuan beras berkutu di sejumlah gudang Bulog. Peninjauan ini dilakukan di tengah laporan surplus beras hingga April 2025 yang mencapai 2,8 hingga 3 juta ton.
"Saya kebetulan juga Dewan Pengawas di Bulog. Saya lagi cek ke sana. Kami cek kualitasnya seperti apa. Kalau memang sudah rusak, ya tentu saja tidak mungkin dikasih ke orang," jelas Sudaryono kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/3).
Temuan beras berkutu ini mencuat setelah Ketua Komisi IV DPR RI, Titiek Suharto, melaporkan temuan beras impor tahun lalu yang berkutu dan tidak layak konsumsi di gudang Bulog Yogyakarta. "Kami meninjau gudang Bulog di Yogya, di situ kami menemukan masih banyak beras sisa impor yang lalu dalam gudang sudah banyak kutunya," ungkap Titiek dalam rapat kerja bersama Kementerian Pertanian pada Selasa (11/3).
Penanganan Beras Berkutu dan Surplus Beras Nasional
Wamentan Sudaryono menyatakan bahwa Bulog akan memperbaiki sirkulasi dan tata kelola penyimpanan beras untuk meminimalisir temuan beras berkutu di masa mendatang. Terkait beras yang sudah berkutu dan tidak layak konsumsi, ia menyebutkan perlunya solusi alternatif. "Harus ada cara lain apakah untuk pakan ternak atau apa," ujarnya.
Bulog saat ini tengah mendata jumlah beras yang rusak atau tidak layak konsumsi. Sudaryono berharap jumlahnya tidak terlalu signifikan. "Hitungan kami nggak banyak. Lagi kami cek, tetapi nggak banyak. Ya nggak sampai, yang sampai ratusan ribu, nggak sampai lah. Kami lagi cek. Tetapi, tetap itu kan bernilai uang. Jangan sampai juga itu menjadi kerugian," tambahnya.
Meskipun demikian, jumlah beras yang surplus tetap menjadi perhatian. Wamentan telah melaporkan surplus beras hingga April 2025 kepada Presiden Prabowo Subianto. Surplus ini diperkirakan mencapai 2,8 hingga 3 juta ton. Presiden pun meminta agar surplus produksi beras ini dijaga, termasuk dengan mempertahankan cara-cara baik dalam proses tanam hingga panen.
Langkah Antisipasi dan Perbaikan Ke Depan
Temuan beras berkutu di gudang Bulog menjadi sorotan dan memerlukan langkah perbaikan sistematis. Perbaikan tata kelola penyimpanan dan sirkulasi beras menjadi kunci utama untuk mencegah kerugian dan memastikan kualitas beras yang terjaga. Hal ini penting untuk menjaga stabilitas harga beras dan ketahanan pangan nasional.
Selain itu, pengembangan alternatif pemanfaatan beras yang tidak layak konsumsi, misalnya sebagai pakan ternak, perlu dikaji lebih lanjut. Langkah ini dapat meminimalisir kerugian dan memberikan nilai tambah dari beras yang rusak. Pemantauan dan evaluasi berkala terhadap kualitas beras di gudang Bulog juga perlu dilakukan untuk memastikan efektivitas langkah-langkah perbaikan yang telah diterapkan.
Dengan surplus beras yang signifikan, pemerintah perlu memastikan distribusi yang merata dan efisien untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Pemanfaatan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan pasca panen juga dapat menjadi solusi untuk mengurangi potensi kerusakan dan kehilangan hasil panen.
Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya menjaga surplus produksi beras di tengah krisis pangan yang dialami beberapa negara seperti Malaysia, Filipina, dan Jepang. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk memastikan ketahanan pangan nasional tetap terjaga.
Ke depan, kolaborasi antara pemerintah, Bulog, dan petani sangat penting untuk memastikan keberlanjutan produksi dan distribusi beras yang berkualitas. Transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan beras juga perlu ditingkatkan untuk mencegah kerugian dan memastikan penyaluran beras tepat sasaran.