Bulog Minta Petani Jaga Kualitas Gabah untuk Efisiensi Pengolahan
Wakil Direktur Utama Bulog meminta petani menjaga kualitas gabah agar proses pengolahan lebih cepat dan efisien, demi mendukung ketahanan pangan nasional.

Wakil Direktur Utama Perum Bulog, Marga Taufiq, menekankan pentingnya kualitas gabah dalam menjaga efisiensi pengolahan di sentra penggilingan padi. Pernyataan ini disampaikan saat beliau menghadiri panen raya di Klaten, Jawa Tengah, Sabtu, 23 Maret 2025. Beliau menjelaskan bahwa gabah berkualitas rendah membutuhkan waktu dan penanganan khusus, berdampak pada proses pengolahan dan penyimpanan di gudang Bulog. Hal ini juga berdampak pada distribusi cadangan pangan pemerintah ke masyarakat.
Marga Taufiq menjelaskan bahwa Bulog ditugaskan untuk menyerap gabah kering panen (GKP) dari petani dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp6.500 per kilogram. Tujuannya adalah agar petani langsung merasakan manfaat tanpa potongan harga yang merugikan. Bulog, bersama Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah, berkomitmen untuk melaksanakan tugas serapan gabah di seluruh Indonesia, terutama di daerah sentra padi seperti Jawa, Sulawesi Selatan, NTB, Sumatera Selatan, Lampung, dan Sumatera Utara.
Hingga Maret 2025, Bulog telah menyerap lebih dari 400 ribu ton gabah setara beras untuk memastikan cadangan beras pemerintah (CBP). Pihak Bulog secara rutin melakukan jemput bola ke lapangan untuk membeli gabah petani secara langsung. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam memberikan harga yang pantas kepada petani dan menjaga ketahanan pangan nasional.
Kualitas Gabah Pengaruhi Ketahanan Pangan Nasional
Kualitas gabah yang baik menjadi kunci percepatan proses pengolahan dan penyimpanan. Gabah berkualitas rendah memerlukan penanganan khusus yang lebih lama dan rumit, sehingga dapat menghambat distribusi cadangan pangan. "Kami berharap para petani jaga kualitas gabah karena ketika kualitas gabah turun itu agak merepotkan juga. Pengolahannya lebih lama," ujar Marga Taufiq.
Penyerapan gabah oleh Bulog dengan harga Rp6.500 per kilogram bertujuan untuk memberikan keuntungan langsung kepada petani. Namun, penting bagi petani untuk memahami bahwa kualitas gabah yang baik akan memberikan dampak positif yang lebih besar. Gabah berkualitas buruk dapat mempengaruhi penyimpanan di gudang dan proses distribusi.
Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Prita Laura, menambahkan bahwa Presiden Prabowo Subianto berkomitmen untuk memperkuat sektor pertanian dan pangan. Pemerintah telah menginvestasikan Rp16,6 triliun kepada Perum Bulog untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Namun, Prita juga menekankan pentingnya edukasi kepada petani agar menjual gabah berkualitas baik.
Pentingnya Edukasi dan Kesiapan Petani
Prita Laura juga mengingatkan pentingnya edukasi bagi para petani agar tidak terburu-buru menjual gabah sebelum waktu panen yang tepat. Hal ini untuk menghindari masalah pengeringan yang lama dan susut yang lebih besar. "Kita harapkan benar-benar jaga komitmennya, kualitas gabah yang dijual. Jangan mumpung ini Presiden punya keberpihakan bagus banget membela petani, jangan sampai kemudian nanti yang dijual gabah yang jelek, basah begitu. Mentang-mentang dibeli Rp6.500 (per kg) kemudian dijualnya yang basah," tegas Prita.
Pemerintah melalui Bulog berupaya untuk memastikan penyerapan gabah dari petani berjalan lancar dan menguntungkan. Namun, peran aktif petani dalam menjaga kualitas gabah juga sangat penting untuk mendukung keberhasilan program ini. Dengan gabah berkualitas baik, proses pengolahan akan lebih efisien dan distribusi cadangan pangan dapat berjalan dengan lancar.
Program ini merupakan upaya pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan nasional dan mensejahterakan petani. Kolaborasi antara pemerintah, Bulog, dan petani sangat krusial untuk mencapai tujuan tersebut. Ke depan, edukasi dan pelatihan kepada petani mengenai teknik penanaman dan panen yang tepat akan semakin penting untuk meningkatkan kualitas gabah.
Dengan memastikan kualitas gabah yang baik, Indonesia dapat memperkuat ketahanan pangannya dan menjamin ketersediaan beras untuk seluruh masyarakat. Kualitas gabah tidak hanya berdampak pada efisiensi Bulog, tetapi juga pada kualitas beras yang dikonsumsi masyarakat.