Bupati Indramayu Lepas Ratusan Ular dan Burung Hantu: Strategi Unik Pengendalian Hama Tikus Indramayu
Bupati Indramayu mengambil langkah inovatif dalam pengendalian hama tikus Indramayu dengan melepas predator alami. Akankah strategi ini efektif?

Bupati Indramayu, Lucky Hakim, bersama kelompok tani setempat, mengambil langkah inovatif dalam upaya pengendalian hama tikus yang meresahkan petani. Mereka secara serentak melepasliarkan ratusan ekor ular, burung hantu, dan biawak di areal persawahan Indramayu, Jawa Barat. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi solusi efektif mengatasi kerugian besar akibat serangan hama tikus.
Pelepasan predator alami ini dilakukan sebagai bagian dari strategi menjaga keseimbangan ekosistem di lingkungan pertanian. Menurut Lucky Hakim, keberadaan satwa liar tersebut sangat penting untuk mengendalikan populasi tikus secara biologis. Langkah ini juga bertujuan mengembalikan fungsi rantai makanan yang sempat terganggu.
Sebanyak 200 ekor ular, 10 ekor burung hantu, dan sekitar 20 ekor biawak dilepas di berbagai titik persawahan. Pemilihan jenis predator ini didasarkan pada kemampuan mereka yang saling melengkapi dalam memburu tikus. Diharapkan, metode ramah lingkungan ini mampu menekan angka serangan hama tikus Indramayu secara signifikan.
Peran Vital Predator Alami dalam Ekosistem Sawah
Bupati Lucky Hakim menjelaskan bahwa jumlah ular yang dilepas lebih banyak karena hewan melata ini memiliki keunggulan unik. Ular mampu bersembunyi dan masuk ke dalam lubang-lubang tanah, tempat tikus berkembang biak dan bersembunyi. Kemampuan ini menjadikan ular sangat efektif dalam membasmi sarang tikus secara langsung.
Sementara itu, burung hantu berperan sebagai pemburu ulung pada malam hari, melengkapi kerja ular yang aktif di siang hari atau di dalam tanah. Kombinasi kedua predator ini menciptakan sistem pengendalian yang komprehensif. Biawak juga turut berkontribusi dalam rantai makanan sebagai pemangsa tikus, meskipun jumlahnya tidak sebanyak ular.
Lucky Hakim menambahkan bahwa satwa liar seperti ular, biawak, dan burung hantu dulunya umum ditemukan di Indramayu. Namun, populasi mereka berkurang drastis akibat penangkapan oleh warga. Padahal, keberadaan mereka sangat krusial sebagai bagian penting dari rantai makanan yang menjaga keseimbangan ekosistem sawah.
Pemerintah daerah juga memastikan bahwa ular yang dilepas adalah jenis tidak berbisa, umumnya berwarna kuning kecokelatan. Petani diimbau untuk tidak membunuh ular jika menemukannya di sawah. Cukup diusir saja, karena keberadaan mereka sangat membantu dalam mengurangi populasi tikus.
Dampak Hama Tikus dan Harapan Petani Indramayu
Hariono, seorang petani setempat, mengungkapkan bahwa serangan hama tikus di Indramayu saat ini sangat parah. Tingkat keparahan ini bahkan memaksa sebagian petani untuk melakukan penanaman ulang padi. Kondisi ini tentu saja menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit bagi para petani.
Menurut Hariono, upaya pemberantasan hama tikus menggunakan racun atau perangkap selama ini kurang berhasil. Tikus seringkali tidak memakan umpan yang diberikan, membuat metode konvensional menjadi tidak efektif. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan baru yang lebih adaptif dan berkelanjutan.
Dengan adanya pelepasan ular dan burung hantu, para petani sangat berharap populasi hama tikus dapat berkurang secara signifikan. Mereka optimis bahwa hasil panen akan lebih aman dan terhindar dari kerusakan. Inisiatif ini memberikan angin segar bagi petani yang selama ini berjuang mengatasi masalah hama.
Program pengendalian hama tikus Indramayu melalui predator alami ini menjadi contoh pendekatan holistik dalam pertanian. Selain efektif, metode ini juga mendukung kelestarian lingkungan dan biodiversitas. Keberhasilan program ini akan menjadi tolok ukur penting bagi pengembangan strategi pertanian berkelanjutan di masa depan.