BWI Gandeng 80 Dai Tingkatkan Literasi Wakaf Uang: Potensi Rp181 Triliun!
Badan Wakaf Indonesia (BWI) berkolaborasi dengan 80 dai untuk meningkatkan literasi wakaf uang di Indonesia, guna mengoptimalkan potensi wakaf uang yang mencapai Rp181 triliun.

Badan Wakaf Indonesia (BWI) meluncurkan program strategis untuk meningkatkan literasi wakaf uang di Indonesia. Dalam upaya ini, BWI telah menggandeng 80 dai atau penceramah yang telah memenuhi standar Majelis Ulama Indonesia (MUI). Program ini diluncurkan di tengah potensi wakaf uang yang sangat besar, namun masih belum termanfaatkan secara optimal. Langkah ini diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara potensi dan realisasi wakaf uang di Indonesia.
Wakil Ketua II BWI, Ahmad Zubaidi, menjelaskan bahwa para dai tersebut telah dibekali pengetahuan mengenai konsep wakaf kontemporer, khususnya wakaf uang, melalui sebuah workshop di Kantor MUI, Jakarta. Menurutnya, "Para dai itu sudah menguasai banyak ilmu agama, namun masih banyak hal yang perlu di-upgrade lagi, terutama terkait dengan ekonomi syariah termasuk di dalamnya terkait dengan keuangan sosial yang di dalamnya ada zakat, infak, sedekah, wakaf." Workshop ini bertujuan untuk memberdayakan para dai sebagai agen perubahan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang wakaf uang.
Potensi wakaf uang di Indonesia memang sangat menjanjikan, diperkirakan mencapai Rp181 triliun. Namun, ironisnya, baru Rp3,2 triliun yang dikelola secara optimal. Kesenjangan ini menjadi perhatian serius bagi BWI. Dengan melibatkan para dai yang memiliki akses langsung kepada masyarakat, BWI berharap dapat mensosialisasikan pentingnya wakaf uang dan mendorong partisipasi masyarakat dalam memajukan sektor ini.
Mendorong Literasi Wakaf di Masyarakat
Para dai yang terlibat dalam program ini diharapkan dapat menjadi penggerak utama literasi wakaf di berbagai lapisan masyarakat. Mereka akan berperan sebagai jembatan komunikasi antara BWI dan masyarakat, menyampaikan informasi akurat dan mudah dipahami tentang wakaf uang. BWI melihat para dai sebagai sosok yang dipercaya dan dihormati di lingkungannya, sehingga pesan-pesan mengenai wakaf uang dapat tersampaikan dengan efektif.
Wakil Ketua I BWI, Tatang Astarudin, menambahkan bahwa rendahnya literasi wakaf menjadi salah satu kendala utama dalam pengembangan sektor ini. "Artinya soal literasi wakaf perlu ada penguatan, nanti masyarakat tidak hanya sekadar tahu wakaf tapi juga berwakaf," ujarnya. Ia menekankan pentingnya peningkatan pemahaman masyarakat tidak hanya sebatas pengetahuan tentang wakaf, tetapi juga mendorong mereka untuk turut serta berwakaf.
Tatang juga menjelaskan bahwa pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan merupakan tiga agenda keumatan yang saat ini masih menjadi tantangan. Wakaf, menurutnya, dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dana wakaf yang dikelola secara produktif dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Wakaf Produktif: Solusi untuk Kesejahteraan
Dengan mengoptimalkan dana wakaf, terutama melalui wakaf produktif, Indonesia dapat menciptakan peluang ekonomi baru dan menyerap tenaga kerja. Hal ini akan berkontribusi signifikan terhadap pengurangan angka pengangguran dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Program ini juga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia.
BWI optimis bahwa kolaborasi dengan para dai akan memberikan dampak positif yang signifikan terhadap peningkatan literasi wakaf uang. Para dai, sebagai tokoh agama yang dekat dengan masyarakat, memiliki peran penting dalam mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang manfaat wakaf uang. Dengan demikian, potensi wakaf uang yang sangat besar di Indonesia dapat dimaksimalkan untuk kesejahteraan umat.
"Maka para dai ini menjadi ujung tombaknya dalam meyakinkan masyarakat tentang wakaf," pungkas Tatang Astarudin. Harapannya, program ini dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam berwakaf, sehingga potensi wakaf uang di Indonesia dapat tergali dan dimanfaatkan secara optimal untuk kemajuan bangsa.