China Buka Pelukan: Ajak Lebih Banyak Anggota Parlemen AS Kunjungi Negeri Panda
Kementerian Luar Negeri China mengajak lebih banyak anggota parlemen AS mengunjungi Tiongkok untuk membangun hubungan bilateral yang lebih baik di tengah ketegangan ekonomi.

Beijing, 25 Maret 2025 - Kementerian Luar Negeri China menyampaikan pernyataan resmi yang menyatakan kesiapannya untuk menyambut lebih banyak kunjungan dari anggota parlemen dan warga Amerika Serikat. Pernyataan ini muncul setelah pertemuan antara Perdana Menteri China Li Qiang dan Senator Partai Republik AS, Steve Daines, di Beijing pada Minggu, 23 Maret 2025. Kunjungan Senator Daines ke China dalam rangka menghadiri Forum Pembangunan China 2025 menjadi momentum penting bagi pernyataan tersebut.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, menekankan harapan agar kunjungan tersebut dapat meningkatkan pemahaman yang lebih objektif tentang China dan mendorong peran konstruktif dalam membangun hubungan China-AS yang stabil, sehat, dan berkelanjutan. Pernyataan ini disampaikan dalam konferensi pers di Beijing pada Senin, 24 Maret 2025.
Pertemuan antara PM Li Qiang dan Senator Daines menjadi sorotan utama. Pertemuan ini terjadi di tengah ketegangan hubungan bilateral antara kedua negara, terutama terkait isu ekonomi dan perdagangan. Pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri China ini dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk mencairkan suasana dan membuka jalur komunikasi yang lebih baik.
Pertemuan Puncak: Li Qiang dan Senator Daines Bahas Masa Depan Hubungan China-AS
Perdana Menteri Li Qiang dalam pertemuan tersebut menyampaikan bahwa hubungan China-AS saat ini berada pada titik kritis. Beliau menekankan pentingnya dialog dan kerja sama yang saling menguntungkan, bukan konfrontasi. PM Li juga berharap AS dapat berkomunikasi secara jujur, membangun kepercayaan, menghilangkan kesalahpahaman, dan memperdalam kerja sama praktis. Hal ini sejalan dengan prinsip saling menghormati dalam membangun hubungan bilateral yang lebih baik.
PM Li Qiang juga menyoroti pentingnya kerja sama ekonomi dan perdagangan di tengah berbagai tantangan yang dihadapi. Beliau menegaskan bahwa perang dagang tidak akan menghasilkan pemenang dan bahwa ketidakseimbangan perdagangan perlu diselesaikan dengan cara yang saling menguntungkan. China, menurut PM Li, selalu terbuka bagi perusahaan-perusahaan internasional, termasuk dari AS, untuk berinvestasi dan berbagi peluang pembangunan di China.
Senator Daines, dalam akun media sosialnya, menyatakan akan membahas beberapa isu penting dengan pejabat China, termasuk pembatasan produksi dan distribusi fentanil, pengurangan defisit perdagangan, dan akses pasar yang adil bagi produsen di negara bagian Montana yang diwakilinya. Kunjungan Senator Daines ini merupakan yang pertama dari anggota Kongres AS ke Beijing sejak Presiden Trump menjabat pada Januari 2025.
Konflik Tarif dan Upaya Mencari Solusi
Ketegangan hubungan AS-China juga diwarnai dengan perang tarif yang dimulai sejak awal Februari 2025. Presiden Trump menerapkan tarif impor sebesar 10 persen untuk hampir semua produk impor dari China, kemudian dinaikkan menjadi 20 persen pada 4 Maret 2025. Langkah ini diklaim sebagai upaya untuk menekan China terkait distribusi fentanil.
Sebagai respons, China juga mengenakan tarif terhadap produk pertanian AS mulai 10 Maret 2025. Tarif tersebut mencapai 15 persen untuk produk seperti ayam, gandum, dan jagung, serta 10 persen untuk produk seperti kacang kedelai, daging babi, daging sapi, dan buah-buahan. Presiden Trump juga menerapkan tarif 25 persen atas semua impor baja dan alumunium ke AS, termasuk dari China, mulai 12 Maret 2025.
Pernyataan Kementerian Luar Negeri China untuk membuka pintu bagi lebih banyak kunjungan dari anggota parlemen AS dapat diartikan sebagai upaya untuk meredakan ketegangan dan mencari solusi atas konflik ekonomi yang sedang berlangsung. Langkah ini menunjukkan komitmen China untuk membangun hubungan yang lebih konstruktif dengan Amerika Serikat.
Terlepas dari perbedaan dan tantangan yang ada, upaya untuk meningkatkan komunikasi dan kerja sama antara kedua negara sangatlah penting untuk stabilitas ekonomi global dan kesejahteraan kedua bangsa. Pertemuan antara PM Li Qiang dan Senator Daines, serta pernyataan Kementerian Luar Negeri China, menjadi sinyal positif dalam upaya tersebut.