Dubes Djauhari: Kesepakatan Tarif Dagang AS-China Tak Mengejutkan
Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, menilai kesepakatan penurunan tarif impor antara AS dan China sebagai langkah yang tidak mengejutkan, didorong oleh strategi negosiasi China yang efektif dan dampak politik dalam negeri AS.

Jakarta, 14 Mei 2025 - Duta Besar Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, menyatakan bahwa dirinya tidak terkejut dengan kesepakatan penurunan tarif dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Pernyataan ini disampaikan dalam diskusi "KAGAMA Leaders Forum: Trump Effect" di Jakarta, Rabu lalu. Kesepakatan ini menandai berakhirnya ketegangan perdagangan yang telah berlangsung lama antara kedua negara adidaya tersebut.
Djauhari menjelaskan bahwa keberhasilan negosiasi China dipengaruhi oleh keahlian tim negosiatornya. Wakil Perdana Menteri China, He Lifeng, memimpin delegasi yang terdiri dari para ahli di bidangnya. Kehadiran Menteri Perdagangan China, Wang Mentao, yang berpengalaman di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan sering bernegosiasi dengan Perwakilan Perdagangan AS (USTR), menjadi kunci keberhasilan.
"Dia tahu persis mentalitas negosiator dari Amerika Serikat," tambah Djauhari, menekankan pentingnya pemahaman budaya dan strategi negosiasi dalam mencapai kesepakatan. Meskipun demikian, Wang Mentao digantikan oleh Li Chenggang selama perundingan, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil China di WTO. Tim negosiator China juga termasuk Wakil Menteri Keuangan China yang berpengalaman dalam pertemuan-pertemuan internasional seperti Britain's World Institutions, IMF, dan World Bank.
Strategi Negosiasi dan Kondisi Ekonomi China
Keberhasilan China dalam negosiasi juga didukung oleh kondisi ekonomi domestik yang stabil. Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal keempat 2024 mencapai 5,4 persen. Djauhari menyebutkan bahwa Presiden Xi Jinping dan tim ekonominya telah menargetkan solusi untuk permasalahan ekonomi dalam negeri, yang berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi tersebut.
Selain itu, Djauhari juga menganalisis faktor politik dalam negeri AS. Ia berpendapat bahwa tarif yang dikenakan China berdampak langsung pada mata pencaharian pendukung Presiden Donald Trump. Hal ini berpotensi mengurangi dukungan politik terhadap Trump, memberikan tekanan tambahan bagi AS untuk mencapai kesepakatan.
Kondisi ekonomi domestik AS yang kurang stabil juga memberikan pengaruh terhadap keputusan mereka untuk menurunkan tarif. Tekanan dari berbagai pihak, termasuk pelaku usaha, untuk mengurangi beban tarif impor turut mendorong AS untuk bernegosiasi.
Rincian Kesepakatan Tarif Dagang
Berdasarkan perjanjian yang disepakati di Jenewa, Swiss, AS akan menurunkan tarif impor produk China dari 145 persen menjadi 30 persen. Sementara itu, China akan mengurangi tarif barang AS dari 125 persen menjadi 10 persen. Pengurangan tarif yang signifikan, hingga 115 poin persentase, ini akan dilakukan dalam jangka waktu 90 hari ke depan.
- AS: Menurunkan tarif impor produk China dari 145 persen menjadi 30 persen.
- China: Menurunkan tarif impor barang AS dari 125 persen menjadi 10 persen.
- Jangka Waktu: Implementasi penurunan tarif akan dilakukan dalam 90 hari ke depan.
Kesepakatan ini diharapkan dapat menstabilkan hubungan perdagangan antara AS dan China, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian global. Namun, perlu dipantau bagaimana implementasi kesepakatan ini akan berjalan dan dampaknya terhadap perekonomian kedua negara.
Kesimpulannya, kesepakatan penurunan tarif dagang AS-China merupakan hasil dari strategi negosiasi yang cermat dari pihak China, kondisi ekonomi dalam negeri kedua negara, dan pertimbangan politik di AS. Pengurangan tarif yang signifikan ini diharapkan dapat memperbaiki hubungan perdagangan kedua negara dan memberikan dampak positif bagi perekonomian global.