Tarif Impor AS: Pertemuan Indonesia-China Bahas Dampak bagi Perdagangan Global
Pertemuan Tingkat Menteri Pertama Indonesia-China di Beijing membahas dampak tarif impor AS terhadap perdagangan global, khususnya bagi Indonesia dan upaya negosiasi untuk solusi bersama.

Pertemuan Tingkat Menteri Pertama (2+2) antara Indonesia dan China di Beijing pada 21 April 2024 telah membahas dampak signifikan tarif impor yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) terhadap perdagangan global. Pertemuan yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, dan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe ini menghasilkan sejumlah pernyataan penting terkait dampak kebijakan AS tersebut, khususnya bagi Indonesia.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menekankan pentingnya kerja sama bilateral antara Indonesia dan China dalam menjaga perdamaian dan stabilitas regional. Beliau menyatakan, "China adalah negara besar di kawasan dan AS juga negara besar di kawasannya, Indonesia menghormati negara-negara besar di masing-masing kawasan. Seperti disampaikan Presiden Prabowo bahwa banyak orang Indonesia yang berbagi DNA yang sama dengan masyarakat China, jadi China adalah tetangga dekat kami dan kami ingin memperkuat kerja sama bilateral sekaligus menjaga perdamaian." Pernyataan ini menggarisbawahi posisi Indonesia yang netral namun tetap aktif dalam menjaga hubungan baik dengan kedua kekuatan besar tersebut.
Fokus utama Indonesia dalam pertemuan tersebut adalah program nasional seperti ketahanan pangan, ketahanan energi, dan hilirisasi industri. Indonesia berharap agar China dan AS dapat segera mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan, sehingga dampak negatif dari tarif impor AS dapat diminimalisir. Hal ini disampaikan oleh Menlu Retno Marsudi, "Sehingga kami harapkan China dan AS dapat melakukan negosiasi dan mencapai kata sepakat sehingga dua kekuatan besar di kawasan ini dapat bermanfaat bagi kita semua."
Dampak Tarif Impor AS terhadap Indonesia dan Negosiasi Bilateral
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menambahkan bahwa stabilitas hubungan AS-China sangat dinantikan oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Beliau menyatakan, "Karena kami tahu bahwa pengaruh China dan AS berdampak luas dan kami berharap dua kekuatan besar ini dapat melindungi komunitas global. Indonesia menghormati AS dan China, tapi karena Indonesia berada di benua Asia, maka secara budaya Indonesia dekat dengan China, tapi Indonesia tetap independen dan menjaga prinsip bebas aktif sebagai arah politik luar negeri." Pernyataan ini menegaskan kembali komitmen Indonesia pada kemandirian politik luar negeri.
Menlu Wang Yi dari China memberikan pandangan yang kritis terhadap kebijakan tarif AS, khususnya kebijakan 'Make America Great Again' (MAGA) yang dianggap telah menciptakan banyak masalah global. Beliau menyatakan, "Mereka menggunakan tekanan maksimal bahkan kepada sekutu-sekutu terdekatnya. Mereka bicara soal tarif timbal balik padahal hal itu sebenarnya bukan timbal balik melainkan alat tekan kepada semua mitra dagang termasuk Indonesia yang dikenai tarif 32 persen. Hal ini tidak sesuai normal internasional dan dan mereka mencoba untuk mendapat manfaat dari kesusahan pihak lain."
Wang Yi juga menekankan bahwa target utama kebijakan tarif AS adalah China, dan China akan mempertahankan kepentingannya. Namun, China tetap terbuka untuk negosiasi dengan AS, asalkan dilakukan dengan prinsip saling menghormati dan kesetaraan. Beliau menambahkan, "Posisi China jelas, kami siap bekerja sama dengan Indonesia, baik untuk perdagangan, kerja sama regional dan lainnya. Perdagangan dengan AS hanya 13 persen dari total perdagangan global, jadi kita masih bisa memanfaatkan 87 persen perdagangan, tentu kami terbuka bila AS juga ingin tetap melakukan kerja sama ekonomi."
AS diketahui telah mengenakan tarif hingga 245 persen atas barang-barang China, termasuk tarif timbal balik, tarif terkait masalah fentanil, dan tarif 'Section 301'. Sementara itu, China telah mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 125 persen untuk barang-barang AS pada 11 April 2025. Indonesia sendiri, menurut Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, terkena dampak tarif hingga 47 persen atau lebih mahal dibanding negara pesaing di ASEAN.
Kesimpulan
Pertemuan Indonesia-China ini menyoroti dampak luas dari kebijakan tarif AS terhadap perdagangan global. Indonesia, di tengah posisi yang strategis, menekankan pentingnya negosiasi dan kerja sama antara AS dan China untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan mengurangi dampak negatif bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Ke depan, diharapkan dapat tercipta solusi yang adil dan saling menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat.