Tensi AS-China Memanas, Pengamat Ingatkan Ketidakpastian Ekonomi Global Berlanjut
Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia dan VP Marketing Kiwoom Sekuritas mengingatkan ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut seiring memanasnya tensi perang tarif impor antara AS dan China, sehingga berdampak pada perekonomian Indonesia.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Perang tarif impor antara Amerika Serikat (AS) dan China kembali memanas. Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk, Reza Priyambada, dan VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, mengingatkan ketidakpastian ekonomi global masih berlanjut. Hal ini terjadi di Jakarta pada Jumat, 11 April, sebagai respons atas kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menaikkan tarif impor terhadap China hingga 145 persen. Kenaikan tarif ini berpotensi mengganggu perekonomian global, termasuk Indonesia, karena dapat mengurangi permintaan komoditas domestik dan meningkatkan potensi dumping produk China.
Presiden AS Donald Trump secara bertahap menaikkan tarif impor terhadap produk-produk China. Awalnya 104 persen, kemudian 125 persen, dan terakhir mencapai 145 persen. Kenaikan ini dipicu oleh ketegangan hubungan bilateral antara kedua negara. China merespons dengan rencana konferensi kerja pusat mengenai diplomasi dengan negara tetangga dan dorongan untuk perluasan pasar domestik.
Ketidakpastian ini berdampak luas pada perekonomian global, termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia diharapkan segera mengeluarkan kebijakan konkret untuk menjaga perekonomian domestik dan mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen year on year (yoy). Kebijakan tersebut perlu fokus pada pemberantasan korupsi, penurunan ekonomi biaya tinggi, kemudahan berinvestasi, keamanan, dan penyederhanaan birokrasi.
Dampak Eskalasi Tensi AS-China terhadap Perekonomian Global
Eskalasi tensi perdagangan antara AS dan China menimbulkan ketidakpastian ekonomi global yang signifikan. Kenaikan tarif impor oleh AS berpotensi mengurangi permintaan komoditas Indonesia, seperti batu bara dan nikel, akibat penurunan aktivitas produksi di China. Di sisi lain, peningkatan potensi dumping produk China, terutama tekstil dan elektronik, juga mengancam pasar domestik Indonesia.
Reza Priyambada menekankan bahwa risiko ketidakpastian ekonomi global belum sepenuhnya hilang. Kebijakan Trump yang dinamis dan potensi perubahan kebijakan di China dapat sewaktu-waktu mengubah peta perdagangan global. Oleh karena itu, kewaspadaan dan antisipasi dari berbagai pihak sangat diperlukan.
"Kami melihat bahwa bukan serta merta risiko ketidakpastian hilang begitu saja karena kebijakan Trump. Jadi, bisa saja sewaktu-waktu berubah," ujar Reza.
Sementara itu, Oktavianus Audi menambahkan bahwa dampak negatif dari memanasnya hubungan AS-China perlu diwaspadai. Potensi penurunan permintaan komoditas dan peningkatan dumping produk impor merupakan ancaman nyata bagi perekonomian Indonesia.
Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi Ketidakpastian Ekonomi
Pemerintah Indonesia dituntut untuk mengambil langkah-langkah strategis dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh tensi AS-China. Kebijakan konkret dan terukur diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik dan mencapai target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan.
Reza Priyambada menyoroti pentingnya pemberantasan korupsi, penurunan ekonomi biaya tinggi, kemudahan berinvestasi, keamanan, dan penyederhanaan birokrasi sebagai langkah-langkah kunci. Hal ini akan menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Pemberantasan korupsi dan ekonomi biaya tinggi, kemudahan berinvestasi, keamanan, maupun kemudahan birokrasi paling tidak dapat membantu tumbuhnya ekonomi Indonesia dan ini yang tentunya akan disambut positif pelaku pasar," kata Reza.
Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dari perang dagang AS-China terhadap perekonomian Indonesia dan menjaga daya saing produk domestik.
Antisipasi Dampak Negatif dan Strategi Ketahanan Ekonomi
- Pemerintah perlu meningkatkan diversifikasi pasar ekspor untuk mengurangi ketergantungan pada pasar AS dan China.
- Penguatan sektor riil dan UMKM penting untuk meningkatkan daya tahan ekonomi domestik.
- Peningkatan daya saing produk dalam negeri melalui inovasi dan peningkatan kualitas.
- Pemantauan dan pengawasan ketat terhadap potensi dumping produk impor.
Ketidakpastian ekonomi global akibat tensi AS-China masih akan berlanjut. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku usaha perlu mempersiapkan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan ini dan menjaga stabilitas perekonomian Indonesia. Langkah-langkah proaktif dan antisipatif sangat penting untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga.