Peluang dan Risiko Indonesia di Tengah Kebijakan Tarif Dagang AS
Bank Indonesia (BI) melihat peluang peningkatan ekspor Indonesia dan realokasi investasi dari China, namun juga menyadari risiko perlambatan ekonomi dan peningkatan impor produk China akibat kebijakan tarif dagang AS.
![Peluang dan Risiko Indonesia di Tengah Kebijakan Tarif Dagang AS](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/07/220117.602-peluang-dan-risiko-indonesia-di-tengah-kebijakan-tarif-dagang-as-1.jpeg)
Jakarta, 7 Februari 2023 - Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) Bank Indonesia (BI), Juli Budi Winantya, melihat adanya peluang dan risiko bagi Indonesia di tengah kebijakan tarif dagang yang diterapkan Amerika Serikat (AS).
Indonesia berpotensi mengambil alih pangsa pasar ekspor yang ditinggalkan China akibat kebijakan tarif AS. Banyak produk Indonesia yang serupa dengan produk AS dan Vietnam, sehingga Indonesia dapat mengisi kekosongan pasar tersebut. "Banyak produk-produk dari Amerika Serikat dan Vietnam ini yang punya kesamaan sehingga apabila nanti tarif ini diterapkan, peningkatan tarif ini juga bisa kita manfaatkan peluang untuk meningkatkan ekspor," jelas Juli dalam acara pelatihan wartawan di Banda Aceh.
Peluang bagi Indonesia
Selain peningkatan ekspor, Indonesia juga dapat memperoleh keuntungan dari realokasi investasi. Sebelumnya, banyak perusahaan yang memindahkan operasinya dari China ke Vietnam akibat tarif dagang AS. Namun, kini Vietnam juga berpotensi terkena dampak kebijakan tarif AS karena surplus neraca transaksi berjalannya dengan AS yang besar. Oleh karena itu, Indonesia dapat menjadi tujuan relokasi investasi selanjutnya.
Dengan demikian, Indonesia memiliki peluang untuk meningkatkan daya saingnya di pasar internasional dan menarik investasi asing langsung (FDI).
Risiko yang dihadapi Indonesia
Meskipun terdapat peluang, Indonesia juga menghadapi sejumlah risiko. Perlambatan ekonomi China, mitra dagang utama Indonesia, akan berdampak negatif pada perekonomian Indonesia. "Risikonya bisa dari ekspor kita yang melambat, karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat," ujar Juli.
Lebih lanjut, produk-produk China yang tidak dapat lagi dijual ke AS berpotensi membanjiri pasar Indonesia, sehingga dapat menekan produk dalam negeri.
BI terus memantau dampak kebijakan tarif dagang AS, yang bersifat dinamis. Negosiasi tarif dengan Meksiko dan Kanada masih berlangsung, sehingga dampaknya terhadap Indonesia masih belum pasti.
Analisis Kebijakan AS
Juli menilai kebijakan tarif dagang AS tidak hanya didorong oleh alasan ekonomi semata, tetapi juga terkait dengan kebijakan politik luar negeri AS. Hal ini menambah kompleksitas situasi dan mempersulit prediksi dampak jangka panjangnya bagi Indonesia.
Kesimpulannya, Indonesia perlu mempersiapkan strategi yang tepat untuk memanfaatkan peluang dan meminimalisir risiko yang ditimbulkan oleh kebijakan tarif dagang AS. Penting untuk terus memantau perkembangan situasi dan menyesuaikan kebijakan ekonomi domestik agar tetap mampu bersaing di pasar global.
BI akan terus memantau perkembangan situasi dan memberikan rekomendasi kebijakan yang tepat bagi pemerintah untuk menghadapi tantangan ini.