Tarif Resiprokal AS Rusak Perdagangan: Kedubes China Kritik Kebijakan Trump
Kedutaan Besar China di Indonesia mengkritik tarif resiprokal AS yang dianggap merusak sistem perdagangan multilateral dan mengancam stabilitas ekonomi global, khususnya hubungan dagang antara China dan Indonesia.

Jakarta, 24 April 2024 - Kedutaan Besar China di Indonesia secara tegas menyatakan keprihatinannya terhadap kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Kebijakan ini dinilai telah merusak sistem perdagangan multilateral dan berdampak negatif pada perekonomian global, termasuk hubungan ekonomi antara China dan Indonesia. Konselor Kantor Ekonomi dan Komersial Kedubes China, Li Hongwei, menyampaikan kritik tersebut dalam sebuah pernyataan di Jakarta.
Li Hongwei menjelaskan bahwa tarif resiprokal tersebut tidak hanya melanggar hak dan kepentingan sah berbagai negara, termasuk China dan Indonesia, tetapi juga bertentangan dengan aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Lebih lanjut, kebijakan ini dinilai telah mengganggu stabilitas tatanan ekonomi global dan memperburuk situasi ekonomi dunia yang tengah mengalami tantangan.
Pernyataan tersebut disampaikan di tengah kondisi ekonomi global yang tengah mengalami perlambatan pertumbuhan, kemunduran globalisasi, dan ancaman perang tarif. Ketidakstabilan rantai pasokan global semakin menambah kompleksitas permasalahan ekonomi dunia saat ini. Oleh karena itu, Li Hongwei menekankan pentingnya komitmen bersama negara-negara untuk menjaga sistem perdagangan multilateral dan mendorong kemudahan perdagangan serta investasi.
Dampak Negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi Global
Li Hongwei menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi global saat ini kekurangan momentum, dan globalisasi ekonomi mengalami kemunduran yang serius. Perang tarif dan perdagangan terus membayangi, sementara stabilitas rantai pasokan global berada di bawah tekanan besar. Kondisi ini, menurutnya, membutuhkan komitmen kuat dari negara-negara untuk mempertahankan sistem perdagangan multilateral yang adil dan transparan.
Ia juga menekankan pentingnya menghormati hukum pasar, mendalami kerja sama rantai industri dan rantai pasok, serta mendorong pembangunan ekonomi dunia yang terbuka dan berkelanjutan. Hal ini dinilai krusial untuk mengatasi tantangan ekonomi global yang semakin kompleks.
Lebih lanjut, Li Hongwei menyoroti pentingnya kerja sama internasional dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Kemitraan strategis antara negara-negara, khususnya dalam hal perdagangan dan investasi, menjadi kunci untuk mengatasi tantangan tersebut.
Sebagai contoh, kerja sama ekonomi antara China dan Indonesia yang telah terjalin selama bertahun-tahun menjadi bukti nyata pentingnya kerja sama tersebut.
Kerja Sama Ekonomi China-Indonesia
Li Hongwei mencatat bahwa China telah menjadi mitra dagang terbesar Indonesia selama 12 tahun berturut-turut dan merupakan sumber investasi asing terbesar ketiga selama sembilan tahun berturut-turut. Investasi China di Indonesia telah melampaui 20.000 proyek, termasuk proyek infrastruktur besar seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Jika investasi dari Hong Kong dan Singapura digabungkan, maka Tiongkok kemungkinan besar menjadi investor asing terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan besarnya kontribusi China terhadap perekonomian Indonesia dan pentingnya menjaga hubungan ekonomi yang baik antara kedua negara.
Dengan mempertimbangkan hubungan ekonomi yang kuat ini, Li Hongwei menekankan komitmen China untuk terus menjaga sistem perdagangan multilateral dan mendorong pembentukan sistem ekonomi dunia yang lebih terbuka. China juga akan terus berkontribusi dalam menjaga kelancaran dan stabilitas rantai pasokan global.
Pameran CISCE 2025 di Beijing
Sebagai upaya untuk memperkuat kerja sama rantai pasokan global, China akan menyelenggarakan The 3rd China International Supply Chain Expo (CISCE) di Beijing pada 16-20 Juli 2025. Pameran ini akan mencakup enam rantai utama dan satu zona layanan rantai pasokan, antara lain: rantai manufaktur maju, rantai energi bersih, rantai kendaraan pintar, rantai teknologi digital, rantai kehidupan sehat, rantai pertanian hijau, dan zona layanan rantai pasokan.
Pameran ini diharapkan dapat menjadi jembatan untuk integrasi industri, inovasi bersama, dan keterkaitan pasar antar negara. Tujuan utamanya adalah untuk berkontribusi dalam membangun sistem kerja sama rantai pasokan global yang aman, stabil, terbuka, dan inklusif.
Kesimpulannya, pernyataan Kedubes China ini menyoroti pentingnya sistem perdagangan multilateral yang kuat dan kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan ekonomi global. Hubungan ekonomi yang erat antara China dan Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana kerja sama tersebut dapat memberikan manfaat bagi kedua negara.