Depok Lama: Jejak Sejarah Kolonial Belanda yang Memukau
Bangunan-bangunan tua peninggalan Belanda di Depok Lama, Jawa Barat, menyimpan sejarah kaya yang patut dilestarikan dan dikembangkan sebagai destinasi wisata sejarah.

Apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana? Sejarah kolonial Belanda di Depok, Jawa Barat, terukir jelas dalam bangunan-bangunan tua di kawasan Depok Lama. Berbagai struktur bangunan peninggalan era kolonial masih berdiri kokoh hingga kini, menunjukkan kekayaan arsitektur masa lalu. Pemerintah Kota Depok pun berupaya untuk melestarikan dan mengembangkan kawasan ini sebagai destinasi wisata sejarah yang menarik.
Kawasan Depok Lama, khususnya di Jalan Pemuda, Jalan Kartini, Siliwangi, Mawar, Kenanga, dan Kamboja, menyimpan banyak bangunan bersejarah. Rumah-rumah dengan halaman luas dan jendela tinggi menjulang khas arsitektur kolonial Belanda masih dapat disaksikan. Bahkan, tiang telepon peninggalan tahun 1900-an pun masih berdiri kokoh di Jalan Kartini, menjadi saksi bisu perjalanan waktu.
Namun, tak semua bangunan terawat dengan baik. Beberapa bangunan, seperti bekas Rumah Sakit Harapan Depok—yang dulunya merupakan Istana Kepresidenan Depok sebelum kemerdekaan—tampak tak terurus. Kondisi ini menyoroti pentingnya upaya pelestarian dan revitalisasi untuk menjaga warisan sejarah Depok Lama bagi generasi mendatang. Selain bangunan, jembatan Panus yang dibangun tahun 1917 oleh insinyur Andre Laurens, juga menjadi bagian penting dari sejarah Depok Lama.
Eksplorasi Depok Lama: Antara Sejarah dan Revitalisasi
Pemerintah Kota Depok berencana menetapkan Depok Lama sebagai kawasan cagar budaya. Langkah ini dibarengi dengan insentif berupa pembebasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) bagi pemilik bangunan bersejarah. Revitalisasi kawasan ini akan difokuskan pada pengembangannya sebagai destinasi wisata sejarah, menawarkan pengalaman unik bagi pengunjung untuk mengenal lebih dekat sejarah Depok.
Tidak hanya bangunan, gereja-gereja tua di Depok Lama, salah satunya yang dibangun pada tahun 1854, juga menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah kawasan ini. Keberadaan gereja-gereja tersebut menunjukkan perpaduan budaya dan agama yang telah lama hidup berdampingan di Depok. Kawasan ini juga memiliki jembatan Panus, yang menghubungkan Kecamatan Pancoran Mas dan Sukmajaya, serta dulunya menjadi penghubung utama ke Batavia (Jakarta) dan Bogor.
Nama jembatan Panus sendiri diambil dari nama Stevanus Leander, seorang warga Belanda yang tinggal di dekat jembatan tersebut. Jembatan ini tidak hanya berfungsi sebagai infrastruktur, tetapi juga sebagai simbol sejarah perhubungan di masa lalu. Dengan demikian, Depok Lama menawarkan lebih dari sekadar bangunan tua, melainkan juga kisah-kisah yang terukir di dalamnya.
Dukungan Akademisi dan Pemerintah untuk Pelestarian Depok Lama
Universitas Indonesia (UI), IPB University, dan Universitas Trisakti, berkolaborasi dengan lembaga luar negeri Heritage Hands-On dan Rijksdienst voor het Cultureel Erfgoed, the Netherlands (RCE), telah menerbitkan buku berjudul 'Menyingkap Potensi Aset Bersejarah Depok Lama'. Buku ini menjadi bukti nyata komitmen akademisi dalam mendokumentasikan dan melestarikan sejarah Depok Lama.
Dekan Fakultas Teknik UI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, menekankan pentingnya menjaga dan mengembangkan Depok Lama secara berkelanjutan. Beliau melihat Depok Lama sebagai ikon bersejarah yang dapat memperkuat identitas kota dan memberikan manfaat ekonomi melalui pariwisata budaya. Hal senada juga disampaikan oleh Dosen IPB University, Vera D. Damayanti, yang menekankan pentingnya menjaga keaslian arsitektur dalam proses revitalisasi.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns, juga turut memberikan dukungan. Beliau terkesan dengan banyaknya peninggalan sejarah Belanda di Depok Lama dan mendorong kolaborasi antara sektor wisata, akademisi, dan masyarakat untuk mengembangkan potensi wisata sejarah di kawasan tersebut. Dukungan ini menunjukkan pentingnya kerja sama internasional dalam melestarikan warisan budaya.
Ahli sejarah Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC), Boy Loen, juga menyatakan dukungannya terhadap inisiatif Pemerintah Kota Depok. Beliau mengajak berbagai pihak, termasuk kampus dan alumni Rotterdam Belanda, untuk berpartisipasi dalam penelitian dan pengembangan potensi heritage di Depok Lama. Sejarah 'Belanda Depok', keturunan 12 marga yang diwariskan Cornelis Chastelein, juga menjadi bagian penting dari sejarah Depok Lama.
Menjaga Warisan Sejarah Depok Lama untuk Generasi Mendatang
Pengembangan Depok Lama sebagai destinasi wisata sejarah tidak hanya akan memberikan tambahan pilihan bagi wisatawan, tetapi juga akan menjaga warisan sejarah bagi generasi mendatang. Bangunan-bangunan tua, jembatan, hutan kota, situ, dan bahkan tiang listrik, semuanya merupakan warisan budaya yang berharga. Upaya pelestarian dan revitalisasi yang dilakukan dengan bijak akan memastikan bahwa kisah sejarah Depok Lama tetap hidup dan dikenang.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, serta dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari Belanda, diharapkan Depok Lama dapat menjadi destinasi wisata sejarah yang edukatif dan menarik. Kawasan ini akan menjadi bukti nyata bagaimana sejarah dapat dihidupkan kembali dan diintegrasikan dengan perkembangan kota modern.
Inisiatif ini tidak hanya akan meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga akan memperkuat identitas dan kebanggaan warga Depok terhadap sejarah kotanya. Depok Lama, dengan kekayaan sejarahnya, siap untuk menjadi destinasi wisata sejarah yang membanggakan.