Direktur RSUD Sulbar Bantah Tolak Pasien Kecelakaan hingga Meninggal
Direktur RSUD Sulbar membantah menolak pasien kecelakaan lalu lintas yang meninggal dunia, menyatakan IGD penuh dan menyarankan pasien ke rumah sakit terdekat.

Mamuju, 22 April 2024 - Direktur RSUD Provinsi Sulawesi Barat, dr. Marintani Erna Dochri, dengan tegas membantah tudingan penolakan pasien kecelakaan lalu lintas yang kemudian meninggal dunia. Peristiwa ini terjadi di Mamuju, Sulawesi Barat. Pihak rumah sakit menyatakan telah berupaya memberikan penanganan terbaik dalam situasi yang sulit.
Penjelasan tersebut disampaikan langsung oleh dr. Marintani pada Selasa, 22 April 2024. Ia menekankan bahwa rumah sakit tidak pernah menolak pasien, melainkan memberikan saran kepada keluarga pasien untuk membawa korban ke rumah sakit terdekat. Alasan utama penolakan tersebut adalah kondisi Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang sudah penuh sesak.
Situasi darurat yang dihadapi RSUD Sulbar memaksa pihak rumah sakit untuk mengambil keputusan sulit. Tempat tidur IGD yang terbatas membuat beberapa pasien terpaksa dirawat di kursi roda. Meskipun tindakan ini melanggar standar operasional prosedur (SOP), pihak rumah sakit beralasan didasarkan pada pertimbangan kemanusiaan.
Kondisi IGD RSUD Sulbar saat Kejadian
Menurut dr. Marintani, saat pasien kecelakaan datang, IGD RSUD Sulbar dalam keadaan penuh. Semua tempat tidur telah terisi, bahkan beberapa pasien terpaksa dirawat di kursi roda. Kondisi ini membuat penanganan pasien kecelakaan yang membutuhkan penanganan serius dengan posisi berbaring menjadi sangat sulit.
"Sebenarnya, sesuai SOP tidak boleh ada pasien di kursi, tapi kami berpikir kemanusiaan sehingga ditangani dulu," ujar dr. Marintani menjelaskan situasi darurat di IGD saat itu. Karena keterbatasan tempat tidur dan kondisi pasien yang membutuhkan penanganan segera, pihak rumah sakit menyarankan keluarga untuk membawa pasien ke rumah sakit terdekat.
"Jadi, kondisi pasien membutuhkan bed (tempat tidur), dan saat itu tidak ada pasien lain yang memungkinkan untuk kami pindahkan ke tempat lain. Sehingga, kami menyarankan pihak keluarganya agar membawanya ke rumah sakit terdekat," jelas dr. Marintani.
Pihak rumah sakit menyampaikan permohonan maaf atas meninggalnya pasien tersebut dan berjanji untuk mengevaluasi kejadian ini guna meningkatkan pelayanan medis di masa mendatang. "Kami menyampaikan permohonan maaf dan menjadikan ini sebagai bahan evaluasi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik," kata dr. Marintani.
Bantahan dari Dokter IGD
Tidak hanya Direktur RSUD Sulbar, dokter jaga IGD juga membantah adanya penolakan pasien. Ia menjelaskan bahwa pasien masih sadar saat datang ke IGD, namun karena keterbatasan tempat tidur, dokter tersebut menyarankan agar pasien dibawa ke rumah sakit terdekat.
"Saya sendiri yang langsung melayani pasien saat datang dan saat itu pasien masih dalam keadaan sadar," kata penanggung jawab jaga IGD. Ia menegaskan bahwa tindakan tersebut bukan penolakan, melainkan saran untuk mendapatkan penanganan medis yang lebih cepat dan tepat di rumah sakit lain yang memiliki kapasitas lebih.
"Kami kemudian meminta maaf, dan menyarankan agar pasien dibawa ke rumah sakit terdekat. Jadi bukan menolak pasien, tapi memintanya ke rumah sakit terdekat karena pasien harus segera mendapatkan tindakan serius," jelasnya.
Kejadian ini menjadi sorotan dan pelajaran penting bagi RSUD Sulbar untuk meningkatkan kapasitas dan pelayanan IGD agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Rumah sakit berkomitmen untuk terus berupaya memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Sulawesi Barat.