Disabilitas di Temanggung Berlatih Membuat Kue Kering, Produktif di Bulan Ramadhan
Belasan penyandang disabilitas di Temanggung mengikuti pelatihan pembuatan kue kering selama Ramadhan, meningkatkan kemandirian dan keterampilan vokasional.

Temanggung, 12 Maret 2025 - Sebanyak belasan penyandang disabilitas di Sentra Terpadu Kartini, Temanggung, Jawa Tengah, mengikuti pelatihan pembuatan kue kering selama bulan Ramadhan 1446 Hijriah. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan keterampilan vokasional mereka, sekaligus memberikan kegiatan produktif selama bulan suci.
Pelatihan yang diselenggarakan oleh Sentra Terpadu Kartini ini diikuti oleh penyandang disabilitas intelektual dan rungu wicara. Mereka dilatih membuat tiga jenis kue kering: nastar, kue keju, dan sagu keju. Kegiatan ini tidak hanya mengajarkan proses pembuatan, tetapi juga mencakup persiapan alat dan bahan, penimbangan bahan baku, pengolahan, pemanggangan, hingga pengemasan produk.
"Kegiatan ini dalam rangka bulan puasa, kami memberikan pelatihan pembuatan kue kering dengan tujuannya nanti setelah dari sini mereka bisa membuat kue kering di rumah pada bulan Ramadhan. Ibaratnya mereka produktif nanti di bulan Ramadhan," jelas Dela Febriola, Instruktur Boga Sentra Terpadu Kartini Temanggung.
Pelatihan Vokasional dan Tantangannya
Para peserta pelatihan menunjukkan antusiasme yang tinggi. Namun, pelatihan ini juga menghadapi tantangan tersendiri, terutama dalam hal komunikasi dan adaptasi metode pengajaran. "Kalau dari anak-anak antusias sekali mengikuti pelatihan ini. Pertama kali mereka membuat kue kering diajari pada awalnya persiapan alat, persiapan bahan, habis itu mereka belajar menimbang bahan, mengolah, terus memanggang sampai pengemasan," ujar Dela Febriola.
Dela menjelaskan bahwa tidak semua peserta mampu mengikuti seluruh tahapan proses pembuatan kue. Beberapa peserta fokus pada tahap persiapan, sementara yang lain bertugas mengolah bahan baku. Ada pula peserta yang mampu menyelesaikan seluruh proses dari awal hingga akhir, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing.
"Kendala kalau dia rungu wicara mungkin lebih ke bahasa isyaratnya, penjelasan memberikan penjabarannya. Kalau misalnya tuna intelektual tidak terlalu susah, karena masih bisa diajak berkomunikasi," tambahnya. Meskipun pelatihan idealnya berlangsung selama enam bulan, pelatihan ini difokuskan pada pembuatan kue kering Ramadhan dan berlangsung sekitar dua minggu, mengingat peserta akan kembali ke rumah mereka di akhir pelatihan.
Hasil Pelatihan dan Pemasaran
Hasil karya para peserta pelatihan telah dipromosikan kepada berbagai instansi dan masyarakat umum. "Hasil dari karya ini kami sudah promosi untuk kantor-kantor dan sudah ada pesanan dari masyarakat kantor," kata Dela Febriola. Harga jual kue kering yang dihasilkan cukup kompetitif: nastar Rp60.000, kue keju Rp55.000, dan sagu keju Rp50.000 per kemasan 380 gram.
Pendapatan dari penjualan kue kering ini akan disimpan sebagai tabungan bagi masing-masing peserta. "Nanti untuk hasilnya akan diberikan tabungan ke penerima manfaat kami. Jadi tiap penerima manfaat ini setelah pulang mereka akan melihat tabungan dari vokasionalnya, tabungan disesuaikan dengan kemampuannya juga," jelasnya. Program ini tidak hanya mengajarkan keterampilan membuat kue, tetapi juga memberikan kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk mendapatkan penghasilan tambahan dan meningkatkan rasa percaya diri.
Keberhasilan program pelatihan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi program pemberdayaan disabilitas lainnya. Dengan memberikan pelatihan vokasional yang sesuai dengan kemampuan dan minat, para penyandang disabilitas dapat berkontribusi aktif dalam masyarakat dan meningkatkan taraf hidup mereka.