DPO Kasus Khalwat Ditangkap Setelah 9 Tahun Buron di Kediri
Uchik Trisilia Putri, buronan kasus khalwat selama sembilan tahun, akhirnya ditangkap Kejagung di Kediri dan menjalani hukuman penjara di Aceh.

Tim Kejaksaan Agung (Kejagung) berhasil menangkap Uchik Trisilia Putri, seorang terpidana kasus khalwat atau bermesraan dengan nonmuhrim, di Kediri, Jawa Timur. Penangkapan ini mengakhiri pelariannya selama sembilan tahun sejak ia ditetapkan sebagai Daftar Pencarian Orang (DPO) pada tahun 2016.
Uchik Trisilia Putri divonis lima bulan 20 hari penjara oleh Mahkamah Syariah Aceh berdasarkan putusan inkrah pada 29 Februari 2016. Ia dinyatakan bersalah melanggar Pasal 23 Ayat (1) Qanun Nomor 6 Tahun 2014 tentang hukum jinayat, bersama Imaduddin, yang juga dijatuhi hukuman yang sama. Namun, Uchik melarikan diri setelah tidak memenuhi panggilan eksekusi putusan tersebut.
Pelaksana Harian Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Banda Aceh, Teddy Lazuardi, menjelaskan kronologi penangkapan. Ia mengatakan, "Tim Kejagung menangkap terpidana atas nama Uchik Trisilia di Kediri, Jawa Timur, pada Rabu (19/2). Selanjutnya, terpidana dibawa ke Jakarta dan dijemput untuk dibawa ke Aceh oleh tim Kejaksaan Negeri Banda Aceh."
Sembilan Tahun Buron
Setelah putusan pengadilan, jaksa eksekutor Kejaksaan Negeri Banda Aceh mengirimkan surat kepada Uchik dan Imaduddin untuk menjalani hukuman. Hanya Imaduddin yang merespon panggilan tersebut, sementara Uchik Trisilia Putri tidak pernah memenuhi panggilan hingga akhirnya ditetapkan sebagai DPO. Kejaksaan Negeri Banda Aceh kemudian berkoordinasi dengan Kejaksaan Tinggi Aceh dan Kejaksaan Agung untuk melakukan pencarian.
Proses pencarian melibatkan berbagai instansi penegak hukum hingga akhirnya berhasil menemukan dan menangkap Uchik di Kediri. Keberhasilan ini menunjukkan komitmen Kejaksaan Agung dalam menegakkan hukum dan membawa para pelaku kejahatan ke pengadilan.
Penangkapan Uchik menjadi bukti bahwa hukum tetap berlaku meskipun pelaku berupaya menghindari tanggung jawab. Kasus ini juga menjadi pelajaran penting bagi masyarakat untuk menghormati dan mematuhi hukum yang berlaku.
Proses Penangkapan dan Eksekusi Hukuman
Setelah ditangkap di Kediri, Uchik Trisilia Putri dibawa ke Jakarta dan kemudian dijemput oleh tim Kejaksaan Negeri Banda Aceh untuk dibawa kembali ke Aceh. Proses pemulangan ini dilakukan dengan koordinasi yang baik antar instansi penegak hukum.
Sesampainya di Aceh, Uchik langsung dibawa ke Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIB Sigli, Kabupaten Pidie, untuk menjalani sisa hukumannya. Dengan tertangkapnya Uchik, kasus ini akhirnya menemui titik terang setelah sembilan tahun lamanya.
Keberhasilan penangkapan ini menunjukkan kerja sama yang baik antara berbagai instansi penegak hukum dalam mengejar dan menangkap para DPO. Hal ini juga menegaskan komitmen pemerintah dalam menegakkan hukum dan keadilan di Indonesia.
Proses hukum yang panjang ini juga menjadi bukti pentingnya kepatuhan terhadap hukum dan putusan pengadilan. Pelarian selama sembilan tahun tidak mampu menghindarkan Uchik dari tanggung jawab atas perbuatannya.
Pelajaran dari Kasus Khalwat
Kasus ini juga menyoroti pentingnya pemahaman dan kepatuhan terhadap Qanun Jinayat di Aceh. Qanun ini mengatur berbagai jenis pelanggaran, termasuk khalwat, yang dianggap sebagai pelanggaran norma agama dan sosial. Kasus ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu berhati-hati dan menghormati norma-norma yang berlaku.
Selain itu, kasus ini juga menunjukkan pentingnya kerja sama antara masyarakat dan aparat penegak hukum dalam menegakkan hukum. Laporan dan informasi dari masyarakat sangat membantu dalam mengungkap kasus-kasus kejahatan, termasuk dalam penangkapan Uchik Trisilia Putri.
Keberhasilan penangkapan Uchik Trisilia Putri diharapkan dapat memberikan efek jera bagi para pelaku kejahatan lainnya dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia.
Semoga kasus ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar selalu menjunjung tinggi hukum dan keadilan.