Eramet dan BKPM Bahas Investasi Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia
Kementerian Investasi/BKPM bertemu Eramet Group untuk membahas rencana investasi perusahaan asal Prancis tersebut dalam pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia, termasuk eksplorasi di Sulawesi Selatan dan Papua.
Investasi Baterai Kendaraan Listrik: Eramet dan BKPM Jalin Kerja Sama
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) baru-baru ini menggelar pertemuan penting dengan Eramet Group, perusahaan pertambangan asal Prancis. Pertemuan pada 3 Februari 2024 di Jakarta ini membahas rencana investasi besar Eramet dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (BEV) di Indonesia. Menteri Investasi/Kepala BKPM, Rosan Roeslani, secara langsung bertemu dengan CEO Eramet Group, Christel Bories, untuk membahas rencana strategis ini.
Eksplorasi dan Pengembangan Proyek RGEV
Dalam pertemuan tersebut, terungkap rencana Eramet untuk melakukan eksplorasi di wilayah Sulawesi Selatan dan Papua. Selain itu, perusahaan juga berencana mengembangkan proyek responsible green electric vehicle (RGEV). Proyek ini diproyeksikan melibatkan sejumlah mitra strategis, menandakan komitmen Eramet untuk berkolaborasi dalam membangun rantai pasok BEV yang berkelanjutan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri kendaraan listrik.
Manfaat Investasi untuk Indonesia
Kerja sama ini dinilai sangat menguntungkan bagi Indonesia. Rosan Roeslani menekankan bahwa kolaborasi antara pemerintah dan Eramet akan berdampak positif pada peningkatan lapangan kerja dan transfer teknologi. Peningkatan kapasitas teknologi lokal menjadi salah satu tujuan utama kerjasama ini, selain percepatan pertumbuhan industri kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Investasi ini diharapkan juga dapat meningkatkan kemampuan Indonesia dalam pengolahan mineral kritis.
Realisasi Investasi Hilirisasi di 2024
Pertemuan dengan Eramet terjadi setelah BKPM mengumumkan realisasi investasi di bidang hilirisasi pada tahun 2024 mencapai angka yang signifikan, yaitu Rp407,8 triliun. Angka ini merupakan 23,8 persen dari total realisasi investasi sepanjang tahun 2024 yang mencapai Rp1.714,2 triliun. Investasi hilirisasi di sektor mineral, terutama smelter, mendominasi dengan total Rp245,2 triliun, yang terdiri dari nikel (Rp153,2 triliun), tembaga (Rp68,5 triliun), bauksit (Rp21,8 triliun), dan timah (Rp1,6 triliun).
Kesimpulan
Pertemuan antara BKPM dan Eramet menandai langkah penting dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. Investasi Eramet, yang mencakup eksplorasi dan pengembangan proyek RGEV, diharapkan akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan teknologi dalam negeri. Realisasi investasi hilirisasi yang tinggi di tahun 2024 menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendorong sektor ini.