Eramet dan Danantara: Kerja Sama Strategis Perkuat Rantai Pasok Baterai Kendaraan Listrik?
Eramet Indonesia dan Danantara berpotensi menjalin kerja sama strategis untuk memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik di Indonesia, sekaligus mempererat hubungan ekonomi antara Eropa dan Indonesia.

Eramet Indonesia, afiliasi perusahaan tambang dan metalurgi asal Prancis, tengah menjajaki kerja sama strategis dengan Danantara, lembaga investasi milik pemerintah Indonesia. Kerja sama ini diproyeksikan akan memperkuat posisi Eramet dalam sektor mineral kritis Indonesia dan mempererat hubungan antara Eropa dan Indonesia dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV).
Kabar kerja sama ini terungkap dalam pernyataan resmi Eramet kepada ANTARA pada Rabu, 7 Mei 2024. Pihak Eramet mengakui sedang melakukan diskusi dengan Danantara mengenai potensi kerja sama di bidang mineral kritis, khususnya untuk mendukung pengembangan industri baterai EV di Indonesia. Meskipun masih dalam tahap awal, potensi kerja sama ini dinilai sangat strategis bagi kedua belah pihak.
Pertemuan antara pimpinan Eramet Group dan Menteri Investasi/CEO Danantara, Rosan Roeslani, pada Maret lalu, semakin menguatkan sinyalemen kerja sama ini. Dalam pertemuan tersebut, dibahas rencana eksplorasi wilayah baru di Sulawesi Selatan dan Papua, serta pengembangan proyek responsible green electric vehicle (RGEV) yang akan melibatkan berbagai mitra strategis. Kolaborasi ini diharapkan mampu meningkatkan lapangan kerja dan transfer teknologi di Indonesia.
Potensi Kerja Sama Eramet dan Danantara
Eramet, yang telah beroperasi di Indonesia sejak 2006 melalui investasi eksplorasi nikel di Halmahera, Maluku Utara, melihat Danantara sebagai mitra strategis untuk memperluas investasinya di Indonesia. Kerja sama ini bukan hanya sekedar investasi, tetapi juga upaya untuk memperkuat rantai pasok baterai EV secara global.
Meskipun Eramet belum merinci proyek perdana dan nilai investasi yang akan digulirkan, potensi kerja sama ini sangat menjanjikan. Hal ini mengingat komitmen pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri baterai EV dan peran penting mineral kritis seperti nikel dalam prosesnya. Kehadiran Danantara sebagai lembaga investasi pemerintah diharapkan dapat mempercepat realisasi proyek-proyek tersebut.
Rosan Roeslani menekankan bahwa kolaborasi ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan lapangan kerja dan transfer teknologi di Indonesia. "Selain mempercepat pertumbuhan industri EV di Indonesia, kolaborasi ini juga berkontribusi pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan transfer teknologi," ujar Rosan.
Jejak Eramet di Indonesia
Eramet telah memiliki pengalaman panjang di Indonesia. Pada tahun 2022, mereka mendirikan PT Eramet Indonesia Mining. Sebelumnya, pada tahun 2006, Eramet telah berinvestasi dalam eksplorasi nikel di Halmahera setelah mengakuisisi Strand Minerals. Grup tersebut juga melakukan studi pertambangan bijih nikel melalui PT Weda Bay Nickel (WBN), yang memulai operasi pertambangan pada tahun 2020.
Meskipun pernah merencanakan pembangunan pabrik hidrometalurgi di Halmahera bersama BASF pada tahun 2022 (proyek Sonic Bay), rencana tersebut kemudian dibatalkan. Namun, kerja sama dengan Danantara ini menandai babak baru bagi Eramet di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan ekosistem nikel yang lebih terintegrasi dan berkelanjutan.
Kerja sama ini berpotensi besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, khususnya di sektor pertambangan dan energi terbarukan. Dengan dukungan pemerintah melalui Danantara, Eramet diharapkan dapat berkontribusi lebih besar dalam pengembangan industri baterai EV di Indonesia, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global.
Ke depannya, perkembangan kerja sama Eramet dan Danantara akan terus dipantau, mengingat potensi dampaknya yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia dan hubungan ekonomi Indonesia-Eropa. Rincian proyek dan nilai investasi yang akan digulirkan masih perlu ditunggu hingga diskusi lebih lanjut rampung.