Fadli Zon: Kunci Gaet Generasi Muda Jadi Petani Ada di Pengolahan Hasil Panen
Ketua HKTI, Fadli Zon, menekankan pentingnya pengembangan sektor hilir pertanian untuk menarik minat generasi muda menjadi petani, seperti yang dilakukan Vietnam dengan mi berasnya.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Fadli Zon, baru-baru ini mengungkapkan strategi kunci untuk menarik minat generasi muda dalam menggeluti profesi petani. Fokusnya bukan hanya pada kegiatan pertanian langsung (on-farm), melainkan pada kegiatan di luar produksi pertanian atau off-farm, khususnya pengolahan hasil panen. Pernyataan ini disampaikan beliau dalam acara Pembukaan Sekolah Tani ke-II di Jakarta, Sabtu lalu.
Fadli Zon menjelaskan bahwa sektor pertanian di Indonesia sudah sangat maju dalam hal produksi (on-farm). Namun, kendala seringkali muncul dalam proses pengolahan hasil panen (off-farm). Beliau menekankan perlunya peningkatan dan inovasi di sektor hilir pertanian untuk mengatasi tantangan ini dan menarik minat generasi muda.
Sebagai perbandingan, Fadli Zon mencontohkan keberhasilan Vietnam dalam mengolah beras menjadi mi untuk sup tradisional pho. Hal ini menunjukkan potensi besar pengolahan hasil pertanian lokal yang dapat meningkatkan nilai ekonomi dan daya tarik profesi petani. Sebaliknya, Indonesia masih mengandalkan impor gandum, yang membutuhkan devisa besar, padahal potensi pengolahan bahan baku lokal sangat melimpah.
Hilirisasi Pertanian: Kunci Sukses Regenerasi Petani
Fadli Zon menegaskan pentingnya hilirisasi atau pengolahan hasil pertanian sebagai kunci untuk menarik minat generasi muda. Dengan mengolah hasil pertanian menjadi produk bernilai tambah, seperti yang dilakukan Vietnam dengan pho, profesi petani dapat menjadi lebih menarik dan menjanjikan secara ekonomi. Beliau menyoroti potensi besar inovasi di sektor kuliner sebagai salah satu peluang utama.
Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya pemanfaatan bahan baku pertanian yang kurang berkualitas, seperti beras pecah, untuk diolah menjadi produk baru. Ini bukan hanya akan meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga mengurangi pemborosan dan meningkatkan efisiensi. Inovasi-inovasi seperti ini, menurut Fadli Zon, sangat penting untuk menarik minat generasi muda.
Sekolah Tani ke-II diharapkan dapat menjadi wadah untuk mencetak generasi petani baru yang inovatif dan mampu mengelola seluruh rantai pasok pertanian, mulai dari produksi hingga pengolahan hasil. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya regenerasi petani.
Peran Pemuda Tani Indonesia dalam Regenerasi Petani
Fadli Zon juga menaruh harapan besar pada Pemuda Tani Indonesia untuk berperan aktif dalam regenerasi petani. Beliau melihat Pemuda Tani Indonesia sebagai role model yang dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk berkontribusi di sektor pertanian. Dengan menunjukkan kesuksesan dan peluang di sektor hilir pertanian, diharapkan semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk terjun ke dunia pertanian.
Melalui pelatihan dan pendidikan yang diberikan di Sekolah Tani, diharapkan para pemuda tani dapat memiliki keahlian dan wawasan yang cukup untuk menghadapi tantangan di sektor pertanian modern. Keahlian dalam mengelola usaha pertanian yang terintegrasi, mulai dari on-farm hingga off-farm, sangat penting untuk keberhasilan regenerasi petani.
Dengan demikian, regenerasi petani tidak hanya bergantung pada peningkatan produksi pertanian, tetapi juga pada pengembangan sektor hilir yang mampu meningkatkan nilai tambah dan daya tarik profesi petani bagi generasi muda. Hal ini membutuhkan kolaborasi dan inovasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, swasta, dan para petani itu sendiri.
Sekolah Tani ke-II diharapkan dapat menjadi langkah awal yang signifikan dalam upaya regenerasi petani di Indonesia. Dengan fokus pada hilirisasi dan inovasi, diharapkan dapat tercipta generasi petani yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan di masa depan. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam upaya regenerasi petani.