Fakta Gini Ratio: Ketimpangan Pengeluaran Kaltim Maret 2025 Masuk Kategori Rendah, Apa Artinya?
BPS Kaltim merilis data terbaru Gini Ratio Maret 2025, menunjukkan Ketimpangan Pengeluaran Kaltim tetap rendah. Simak analisis lengkapnya dan apa dampaknya bagi masyarakat!

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) baru-baru ini merilis data penting mengenai tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk di wilayah tersebut. Hasil survei terbaru menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran di Kaltim masih berada dalam kategori rendah. Informasi ini disampaikan langsung oleh Kepala BPS Kaltim, Yusniar Juliana, pada Sabtu, 9 Agustus.
Data yang dirilis BPS Kaltim ini berdasarkan pengukuran Gini Ratio pada Maret 2025. Angka Gini Ratio tercatat sebesar 0,312, yang mengindikasikan tingkat ketimpangan yang relatif kecil. Meskipun ada sedikit kenaikan dari September 2024, kondisi ini tetap menunjukkan stabilitas ekonomi daerah.
Tingkat ketimpangan pengeluaran ini menjadi indikator penting dalam melihat pemerataan ekonomi di suatu daerah. Kategori rendah ini memberikan gambaran positif mengenai distribusi pendapatan di Kalimantan Timur. Lantas, bagaimana detail angka-angka tersebut dan apa implikasinya bagi masyarakat Kaltim?
Gini Ratio Kaltim: Angka dan Makna Ketimpangan Pengeluaran
Pengukuran ketimpangan pengeluaran penduduk di Kaltim menggunakan Gini Ratio, sebuah indikator yang berkisar antara 0 hingga 1. Nilai 0 menunjukkan pemerataan sempurna, di mana setiap individu memiliki pengeluaran yang sama. Sebaliknya, nilai 1 mengindikasikan ketimpangan sempurna, di mana satu orang menguasai seluruh pengeluaran.
Pada Maret 2025, Gini Ratio Kaltim tercatat sebesar 0,312. Angka ini menunjukkan kenaikan tipis sebesar 0,002 poin dibandingkan dengan Gini Ratio September 2024 yang berada di angka 0,310. Meskipun ada peningkatan, nilai ini masih tergolong rendah, menegaskan kondisi ketimpangan pengeluaran yang terkendali.
Jika dirinci berdasarkan wilayah, Gini Ratio di daerah perkotaan Kaltim pada Maret 2025 adalah 0,316, naik 0,001 poin dari September 2024 (0,315). Sementara itu, di daerah perdesaan, Gini Ratio tercatat 0,287, meningkat 0,005 poin dari September 2024 (0,282). Angka-angka ini menunjukkan bahwa ketimpangan di perdesaan lebih rendah dibandingkan perkotaan.
Analisis Ketimpangan Berdasarkan Ukuran Bank Dunia
Selain Gini Ratio, BPS juga menggunakan ukuran ketimpangan Bank Dunia untuk menganalisis distribusi pengeluaran. Ukuran ini berfokus pada persentase pengeluaran yang dinikmati oleh kelompok 40 persen penduduk terbawah. Terdapat tiga kategori ketimpangan berdasarkan ukuran ini: tinggi (di bawah 12 persen), sedang (12-17 persen), dan rendah (di atas 17 persen).
Berdasarkan ukuran Bank Dunia, distribusi pengeluaran pada kelompok penduduk 40 persen terbawah di Kaltim pada Maret 2025 mencapai 21,76 persen. Angka ini secara jelas menempatkan Ketimpangan Pengeluaran Kaltim dalam kategori rendah. Hal ini menandakan bahwa kelompok masyarakat dengan pengeluaran terendah masih memiliki porsi yang cukup signifikan dari total pengeluaran.
Rincian lebih lanjut menunjukkan bahwa di daerah perkotaan, persentase pengeluaran kelompok 40 persen terbawah adalah 21,53 persen. Sementara itu, di daerah perdesaan, angkanya sedikit lebih tinggi, yaitu 22,87 persen. Data ini konsisten dengan temuan Gini Ratio yang menunjukkan ketimpangan yang lebih rendah di area perdesaan dibandingkan perkotaan.