Fakta Menarik Festival Golo Koe: Bukan Sekadar Atraksi Budaya, Jadi Ajang Promosi UMKM dan Top 10 Event Nasional
Festival Golo Koe di Labuan Bajo tak hanya pementasan seni budaya, tetapi juga wadah promosi UMKM dan telah masuk 10 besar Karisma Event Nusantara. Apa saja keistimewaannya?

Festival Golo Koe di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), sukses digelar sebagai ajang pementasan kesenian dan budaya daerah. Acara yang berlangsung dari 11 hingga 15 Agustus ini ditutup secara resmi pada Jumat (15/8) malam. Festival ini tidak hanya menjadi tontonan, tetapi juga platform penting untuk mempromosikan produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari berbagai daerah.
Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, menegaskan peran vital Festival Golo Koe dalam mendukung perekonomian lokal melalui UMKM. Sebanyak 170 pelaku UMKM dari Labuan Bajo dan wilayah NTT lainnya berpartisipasi, menunjukkan peningkatan signifikan dari 140 peserta pada tahun sebelumnya. Keberhasilan ini mencerminkan kolaborasi erat antara umat Katolik dan berbagai lembaga lintas sektor dalam memajukan pariwisata di destinasi super prioritas Labuan Bajo.
Keistimewaan Festival Golo Koe semakin diperkuat dengan pengakuan nasional. Pelaksana Tugas Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Dwi Marhen Yono, menyatakan bahwa Festival Golo Koe telah masuk dalam 10 besar Karisma Event Nusantara (KEN) Kementerian Pariwisata tahun 2025. Pencapaian ini menempatkan festival tersebut sebagai salah satu dari 10 event terbaik di Indonesia, mengalahkan 3.600 event daerah lainnya.
Festival Golo Koe: Wadah Promosi UMKM dan Pementasan Budaya
Festival Golo Koe secara konsisten menjadi sarana efektif untuk mempromosikan produk-produk UMKM lokal. Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, menekankan bahwa festival ini merupakan ruang strategis bagi pelaku UMKM untuk memperkenalkan dan memasarkan hasil karyanya. Peningkatan jumlah partisipan UMKM dari 140 pada tahun 2024 menjadi 170 pada tahun 2025 membuktikan daya tarik dan manfaat ekonomi yang dihasilkan.
Selain aspek ekonomi, Festival Golo Koe juga berfungsi sebagai panggung utama bagi pementasan kesenian dan kebudayaan daerah. Berbagai pertunjukan seni tradisional disajikan, memperkaya pengalaman pengunjung dan melestarikan warisan budaya Manggarai Barat. Bupati berharap penyelenggaraan festival ini dapat terus ditingkatkan kualitas dan skalanya pada tahun-tahun mendatang, menjadikannya magnet pariwisata yang luar biasa.
Kolaborasi yang kuat antara umat Katolik dan lembaga lintas sektor menjadi kunci keberhasilan Festival Golo Koe. Sinergi ini menunjukkan bagaimana berbagai elemen masyarakat dapat bersatu demi kemajuan pariwisata dan ekonomi kreatif. Semangat 'Ora et Labora' yang berarti berdoa dan bekerja, menjadi filosofi yang menginspirasi penyelenggaraan acara ini, menghasilkan kontribusi nyata bagi pengembangan daerah.
Pengakuan Nasional dan Potensi Pariwisata Labuan Bajo
Pengakuan Festival Golo Koe sebagai salah satu dari 10 event terbaik dalam Karisma Event Nusantara (KEN) 2025 merupakan pencapaian luar biasa. Dwi Marhen Yono dari BPOLBF mengungkapkan bahwa festival ini berhasil mengungguli ribuan event daerah lain di seluruh Indonesia. Prestasi ini menempatkan Festival Golo Koe sejajar dengan event-event besar nasional, meningkatkan citra Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata yang kaya akan budaya dan acara berkualitas.
Provinsi NTT sendiri memiliki empat festival yang masuk dalam daftar KEN 2025, menunjukkan potensi besar daerah ini dalam industri pariwisata. Selain Festival Golo Koe di Labuan Bajo, ada juga Festival Wolobobo di Kabupaten Ngada, Festival Lamaholot di Kabupaten Lembata, dan Festival Rote Malole di Kabupaten Rote Ndao. Keempat festival ini diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan ke NTT, tidak hanya ke destinasi utama seperti Taman Nasional Komodo.
Dwi Marhen Yono berharap Festival Golo Koe dapat menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo. Saat ini, mayoritas kunjungan wisatawan masih terfokus pada Taman Nasional Komodo, dengan hanya sekitar 20 persen yang menjelajahi daratan Manggarai Barat. Dengan adanya festival seperti Golo Koe, diharapkan terjadi peningkatan kunjungan ke destinasi darat, mendiversifikasi pengalaman wisata di Labuan Bajo.
Melampaui Pariwisata: Nilai Sosial dan Budaya Festival Golo Koe
Uskup Labuan Bajo, Monsinyur Maksimus Regus, menyoroti dimensi lebih dalam dari Festival Golo Koe yang melampaui sekadar aspek pariwisata. Baginya, festival ini adalah bukti bahwa masyarakat Manggarai Raya mampu menyuarakan hak-hak mereka dalam mengelola keindahan alam pariwisata yang merupakan bagian dari kehidupan mereka. Ini bukan hanya tontonan, melainkan panggilan untuk mempertahankan nilai-nilai budaya dan menjaga keberlanjutan lingkungan.
Rangkaian kegiatan selama Festival Golo Koe juga dianggap sebagai ruang perjumpaan sosial, antar-budaya, dan antar-iman. Nilai-nilai ini, menurut Uskup, jauh melampaui sekadar tujuan pariwisata semata. Festival ini menjadi medium penting untuk menyuarakan, memperjuangkan, dan merawat keindahan pariwisata yang dianggap sebagai anugerah Tuhan bagi semua.
Melalui Festival Golo Koe, masyarakat diharapkan dapat lebih menyadari pentingnya pelestarian budaya dan lingkungan. Ini adalah upaya kolektif untuk memastikan bahwa kekayaan alam dan budaya Labuan Bajo tetap lestari untuk generasi mendatang. Festival ini menjadi simbol persatuan dan kolaborasi dalam merawat warisan yang tak ternilai harganya.