Fakta Mengejutkan: Begini Cara Mengenali Beras Oplosan, Pemkot Depok Belum Temukan Kasus!
Pemkot Depok belum menemukan kasus beras oplosan, namun masyarakat perlu tahu cara membedakan beras premium dan medium. Waspadai bahaya pencampuran zat berbahaya!

Pemerintah Kota Depok, Jawa Barat, melalui Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) secara resmi menyatakan bahwa hingga saat ini belum ditemukan adanya beras premium yang tidak sesuai mutu dan label, atau yang dikenal sebagai beras oplosan, di wilayah Depok. Pernyataan ini disampaikan langsung oleh Kepala DKP3, Widyati Riyandani, di Depok pada Sabtu, 27 Juli, menanggapi kekhawatiran publik.
Meskipun belum ada temuan kasus beras oplosan, Widyati menegaskan komitmen pihaknya untuk terus memperkuat koordinasi dan pengawasan di lapangan. Langkah proaktif ini diambil untuk memastikan pasokan beras di Depok tetap berkualitas dan aman bagi masyarakat.
Praktik oplosan yang paling umum ditemukan adalah pencampuran antara beras medium dan beras premium. Modus ini bertujuan untuk menjual beras dengan harga lebih tinggi, meskipun kualitasnya mungkin tidak sesuai dengan label kemasan yang tertera.
Modus Operandi dan Potensi Bahaya Beras Oplosan
Widyati Riyandani menjelaskan bahwa praktik pencampuran beras medium dengan premium seringkali sulit dibedakan secara kasat mata oleh masyarakat umum. Namun, konsumen yang jeli biasanya dapat mengenali perbedaan dari bentuk, rasa, dan tampilan butiran beras itu sendiri.
Salah satu indikator sederhana yang dapat diperhatikan adalah kadar air dalam beras. Semakin rendah kadar air, semakin baik daya simpan beras tersebut, yang seringkali menjadi ciri beras berkualitas lebih baik.
Dari sisi keamanan pangan, DKP3 Depok menyatakan bahwa selama bahan yang digunakan adalah beras pangan, praktik oplosan tersebut tidak menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Namun, yang perlu diwaspadai adalah pencampuran dengan bahan non-pangan atau penggunaan zat pemutih serta sintetis yang dapat membahayakan konsumen.
“Kalau hanya masalah mutu, dampaknya lebih ke penurunan kualitas dan ketidaksesuaian harga,” ujar Widyati. “Tapi kalau sampai menggunakan bahan pemutih atau sintetis, itu sudah masuk kategori berbahaya dan tentu akan ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku.”
Upaya Pengawasan dan Tips Memilih Beras Berkualitas
Meskipun belum ada kasus beras oplosan yang terdeteksi di Depok, DKP3 akan terus meningkatkan intensitas pengawasan. Upaya ini akan dilakukan melalui koordinasi erat dengan Dinas Perdagangan dan Industri (Disdagin) Kota Depok untuk memantau peredaran beras di pasaran.
Widyati juga mengimbau masyarakat untuk lebih jeli dan berhati-hati dalam memilih beras sebelum melakukan pembelian. Kewaspadaan konsumen menjadi kunci penting dalam mencegah praktik kecurangan ini.
Ada cara sederhana yang bisa diterapkan untuk membedakan kualitas beras secara visual. Perhatikan jumlah butir patah dalam kemasan beras yang akan dibeli.
“Kalau banyak butir patah, kemungkinan itu beras medium karena batas maksimalnya 25 persen,” jelas Widyati. “Sedangkan beras premium memiliki lebih banyak butir utuh, dengan standar maksimal butir patah hanya 15 persen.”