Fakta Unik Gorontalo: Warga Batudaa Pantai Mengungsi ke Perbukitan Antisipasi Tsunami Gempa Rusia
Ratusan warga Batudaa Pantai, Gorontalo, memilih mengungsi ke perbukitan sebagai langkah antisipasi potensi tsunami setelah gempa besar di Rusia, membuat BMKG masih berlakukan peringatan dini.

Sejumlah warga di Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo, mengambil langkah proaktif dengan mengungsi ke daerah perbukitan. Keputusan ini diambil sebagai bentuk antisipasi terhadap potensi tsunami yang diperkirakan akan melanda wilayah tersebut. Potensi bencana ini diakibatkan oleh gempa bumi berkekuatan magnitudo 8,7 yang terjadi di Kamchatka, Rusia, pada Rabu pagi.
Kepanikan melanda warga setelah berita mengenai kemungkinan tsunami tersebar luas. Salah seorang pengungsi, Pradtiya Mantulangi, mengungkapkan bahwa ia dan keluarganya segera bergerak menuju lokasi yang lebih aman. Mereka mulai mengungsi sejak pukul 12.00 Wita, sesaat setelah informasi tersebut diterima masyarakat.
Tidak hanya dua keluarga, namun banyak warga lain dari wilayah Batudaa Pantai juga melakukan hal serupa, meskipun di lokasi pengungsian yang berbeda. Mereka memilih untuk tetap bertahan dan menginap di perbukitan demi memastikan keselamatan. Kesiapan telah dilakukan dengan membawa bahan makanan serta membuat tungku untuk memasak.
Kepanikan Warga dan Langkah Antisipasi
Pradtiya Mantulangi, salah satu warga yang mengungsi, menceritakan suasana panik yang menyelimuti Batudaa Pantai. Saat mendengar kabar potensi tsunami, ia dan keluarganya tidak berpikir panjang dan langsung memutuskan untuk mencari tempat yang lebih tinggi. Di lokasi pengungsian yang ditempatinya, terdapat dua keluarga lain dengan total tujuh orang dewasa dan tiga anak-anak.
Keputusan untuk mengungsi diambil secara spontan sebagai respons terhadap informasi yang beredar. Warga meyakini bahwa berada di perbukitan akan memberikan perlindungan lebih jika tsunami benar-benar terjadi. Mereka tidak ingin mengambil risiko dan memilih untuk berada di tempat aman, terutama saat tengah malam.
Jumlah warga Batudaa Pantai yang mengungsi cukup banyak, menunjukkan tingkat kewaspadaan yang tinggi di tengah masyarakat. Meskipun tersebar di beberapa titik pengungsian, tujuan mereka sama, yaitu mencari perlindungan dari ancaman gelombang pasang. Kesadaran akan potensi bahaya mendorong mereka untuk bertindak cepat.
Peringatan Dini BMKG dan Status Waspada
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) secara tegas menyatakan bahwa peringatan dini tsunami masih berlaku aktif. Keputusan ini didasarkan pada adanya osilasi atau variasi hasil pengukuran tinggi muka air laut yang masih terpantau di sejumlah stasiun pemantau. BMKG belum dapat mencabut peringatan karena osilasi gelombang dapat mengalami amplifikasi secara tiba-tiba pada fase akhir.
Peringatan dini tsunami ini dikeluarkan BMKG pasca-gempa dengan magnitudo 8,7 di Kamchatka, Rusia. Gempa tersebut berpotensi memicu gelombang besar yang dapat mencapai wilayah Indonesia. Oleh karena itu, kewaspadaan tinggi tetap diperlukan hingga kondisi benar-benar dinyatakan aman.
Sebanyak lima provinsi di Indonesia ditetapkan berstatus waspada potensi tsunami. Provinsi-provinsi tersebut meliputi Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat. Penetapan status ini bertujuan untuk memastikan kesiapsiagaan pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan terburuk. Informasi terkini terus disampaikan oleh BMKG untuk memantau perkembangan situasi.
Kesiapan di Lokasi Pengungsian
Warga yang mengungsi ke perbukitan tidak hanya sekadar mencari tempat aman, tetapi juga mempersiapkan diri untuk kemungkinan tinggal lebih lama. Pradtiya Mantulangi mengungkapkan bahwa mereka telah membawa serta bahan makanan yang cukup untuk beberapa hari ke depan. Hal ini menunjukkan antisipasi yang matang dari para pengungsi.
Selain membawa bahan makanan, mereka juga telah membuat tungku sederhana untuk memasak di lokasi pengungsian. Fasilitas dasar ini penting untuk memenuhi kebutuhan pangan selama berada di perbukitan. Kesiapan ini mencerminkan kemandirian warga dalam menghadapi situasi darurat.
Keberadaan mereka di perbukitan hingga malam hari menunjukkan keseriusan dalam mengantisipasi tsunami. Mereka memilih untuk tetap berada di tempat yang aman, terutama saat jam-jam rawan. Solidaritas antarwarga juga terlihat, di mana mereka saling membantu dan berbagi dalam kondisi yang tidak menentu ini.