Gempa Poso Magnitudo 6,0: Ternyata Gempa Dangkal Akibat Sesar Aktif, Tidak Berpotensi Tsunami
BMKG memastikan Gempa Poso bermagnitudo 6,0 tidak berpotensi tsunami. Ketahui penyebab gempa dangkal ini dan daerah mana saja yang merasakan guncangannya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan bahwa gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0 yang mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, pada Kamis, 24 Juli, tidak berpotensi tsunami. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 20.06 WIB dan memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa episenter gempa terletak di darat wilayah Poso, tepatnya pada koordinat 2,01 derajat LS dan 120,78 derajat BT. Kedalaman hiposenternya hanya 10 kilometer, menjadikannya gempa dangkal.
Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa gempa Poso ini disebabkan oleh aktivitas sesar aktif di zona Sesar Poso. Mekanisme sumber gempa menunjukkan pergerakan geser (strike-slip), sebuah karakteristik umum dari gempa yang terjadi di darat akibat pergeseran lempeng.
Karakteristik dan Mekanisme Gempa Poso
Gempa bumi dengan magnitudo 6,0 yang berpusat di Poso ini dikategorikan sebagai gempa dangkal. Kedalaman hiposenter yang hanya 10 kilometer menjadi indikator utama dari sifat dangkalnya gempa ini. Gempa dangkal cenderung memiliki dampak guncangan yang lebih terasa di permukaan.
Menurut Daryono dari BMKG, penyebab utama dari gempa Poso ini adalah aktivitas sesar aktif. Sesar Poso merupakan salah satu struktur geologi yang aktif di wilayah Sulawesi Tengah, dan pergerakannya dapat memicu pelepasan energi dalam bentuk gempa bumi.
Hasil analisis mekanisme sumber gempa menunjukkan adanya pergerakan geser atau strike-slip. Mekanisme ini mengindikasikan bahwa batuan di bawah permukaan bumi bergeser secara horizontal satu sama lain. Pemahaman mekanisme ini penting untuk memprediksi potensi gempa di masa depan.
Sebaran Guncangan dan Aktivitas Gempa Susulan
Guncangan akibat gempa Poso ini dirasakan di various daerah dengan intensitas yang bervariasi. Di Poso sendiri, serta Kolonodale Kabupaten Morowali Utara dan Mangkutana, guncangan mencapai skala intensitas IV-V MMI. Pada skala ini, getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, dan benda-benda ringan dapat bergoyang.
Beberapa wilayah lain juga merasakan dampak gempa, meskipun dengan intensitas lebih rendah. Palopo, Toraja, Mappadeceng di Sulawesi Selatan, serta Bungku Kabupaten Morowali, merasakan guncangan III-IV MMI. Artinya, getaran dirasakan oleh banyak orang di dalam rumah. Sementara itu, Kota Palu, Mamuju, Malunda, dan Pasangkayu Sulawesi Barat merasakan intensitas II-III MMI, di mana getaran dirasakan oleh beberapa orang dan benda ringan bergoyang.
Hingga pukul 20.40 WIB, BMKG mencatat adanya 11 aktivitas gempa susulan (aftershock) setelah gempa utama. Kekuatan gempa susulan ini bervariasi, dengan yang terbesar mencapai magnitudo 5,5 dan yang terkecil magnitudo 2,4. Pemantauan gempa susulan terus dilakukan untuk memastikan stabilitas kondisi geologi.
Imbauan BMKG untuk Keselamatan Masyarakat
Menyikapi peristiwa ini, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terpengaruh oleh isu atau informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Verifikasi informasi sangat penting dalam situasi pasca-gempa untuk menghindari kepanikan yang tidak perlu.
Masyarakat juga disarankan untuk sementara waktu menghindari bangunan yang retak atau rusak akibat guncangan gempa. Penting untuk memeriksa dan memastikan bahwa bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa dan tidak mengalami kerusakan struktural yang membahayakan. Keselamatan diri dan keluarga harus menjadi prioritas utama.
Untuk mendapatkan informasi terkini dan terverifikasi mengenai perkembangan gempa, BMKG menyarankan masyarakat untuk mengakses laman resmi mereka. Informasi dapat diakses melalui Instagram/Twitter @infoBMKG, website http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id, serta kanal Telegram https://t.me/InaTEWS_BMKG atau aplikasi seluler (IOS dan Android) seperti wrs-bmkg atau infobmkg.