Guru: Garda Terdepan Kesiapsiagaan Bencana di Sekolah
Kemendikdasmen dan PLAN Indonesia latih guru untuk menjadi garda terdepan dalam mitigasi dan penanggulangan bencana di sekolah, guna memastikan keselamatan siswa.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikdasmen) melalui Direktorat Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (Ditjen GTKPG) bersama PLAN Indonesia menggelar webinar seri Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB). Webinar ini bertujuan memperkuat peran guru sebagai garda terdepan dalam mitigasi dan penanggulangan risiko bencana di lingkungan sekolah. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kesiapsiagaan bencana di lingkungan pendidikan untuk meminimalisir risiko, baik sebelum, selama, maupun setelah bencana terjadi. Direktur Jenderal GTKPG Kemendikdasmen, Nunuk Suryani, menekankan pentingnya peran guru dalam hal ini.
"Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang untuk membangun karakter dan keterampilan hidup, termasuk kesiapan menghadapi situasi darurat. Guru adalah garda terdepan dalam meningkatkan pengetahuan murid terkait pengurangan risiko bencana," ujar Nunuk Suryani dalam pernyataan tertulis di Jakarta, Kamis (20/3).
Webinar SPAB mengangkat tema 'Guru Hebat, Garda Terdepan Kesiapsiagaan dan Mitigasi di Sekolah'. Hal ini menunjukkan fokus utama pada peningkatan kapasitas guru dalam menghadapi berbagai potensi bencana. Penguatan peran guru ini diharapkan mampu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan tangguh menghadapi bencana.
Peran Guru dalam Manajemen Bencana Sekolah
Tenaga Ahli Seknas SPAB Kemendikdasmen, Jamjam Muzaki, menjelaskan secara rinci peran guru dalam manajemen bencana di sekolah, yang terbagi dalam tiga tahap: pra-bencana, saat bencana, dan pasca-bencana. Pada tahap pra-bencana, guru memiliki tanggung jawab untuk memastikan keamanan fasilitas sekolah dan penataan ruang yang baik. Hal ini mencakup identifikasi potensi bahaya dan langkah-langkah pencegahan.
Selama bencana berlangsung, guru berperan krusial dalam menjaga ketertiban dan keselamatan siswa. Mereka bertanggung jawab untuk melakukan evakuasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan membawa siswa ke titik kumpul yang telah disepakati. Selain itu, guru juga memberikan dukungan psikososial kepada siswa untuk menenangkan mereka dan mengurangi dampak traumatis.
Setelah bencana, guru berperan dalam pemulihan emosional dan psikososial siswa. Mereka juga perlu menyesuaikan metode pengajaran agar sesuai dengan kondisi psikologis dan fisik siswa yang mungkin terdampak bencana. Koordinasi dengan pihak terkait seperti tim penyelamat, petugas kesehatan, dan orang tua siswa juga menjadi bagian penting dari tugas guru pasca-bencana.
Pembentukan Tim Siaga Bencana di Sekolah
Jamjam Muzaki juga menyoroti pentingnya pembentukan Tim Siaga Bencana di setiap sekolah. Tim ini bertugas untuk membuat langkah-langkah tanggap darurat, termasuk prosedur evakuasi warga sekolah. Keberadaan tim ini sangat penting untuk memastikan respon yang cepat dan terkoordinasi saat terjadi bencana.
Lebih lanjut, guru juga bertanggung jawab untuk memberikan edukasi dan meningkatkan kesadaran siswa tentang berbagai jenis bencana, risiko yang mungkin terjadi, dan cara menghadapinya. Hal ini penting untuk membangun budaya keselamatan dan kesiapsiagaan di lingkungan sekolah.
Dengan demikian, peran guru tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran di kelas, tetapi juga mencakup aspek keselamatan dan kesejahteraan siswa, terutama dalam menghadapi situasi darurat bencana.
Kesimpulan
Penguatan peran guru sebagai garda terdepan dalam kesiapsiagaan dan mitigasi bencana di sekolah merupakan langkah penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan tangguh. Melalui pelatihan dan edukasi yang berkelanjutan, diharapkan guru dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan mampu melindungi siswa dari dampak buruk bencana.