Haedar Nashir: Mudik Lebaran 2025, Silaturahmi, Bukan Pamer Kekayaan
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengingatkan masyarakat agar mudik Lebaran 2025 difokuskan pada mempererat silaturahmi, bukan pamer kekayaan yang dapat memperlebar kesenjangan sosial.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan imbauan penting menjelang Lebaran 2025. Dalam acara Silaturahim Ramadhan di Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Selasa (25/3), beliau mengingatkan masyarakat agar tidak menjadikan mudik sebagai ajang pamer kekayaan atau kesuksesan. Imbauan ini disampaikan mengingat potensi peningkatan aktivitas mudik yang diperkirakan akan terjadi pada tahun tersebut.
Haedar Nashir menekankan bahwa tradisi mudik Lebaran seharusnya menjadi momen untuk mempererat tali silaturahmi keluarga dan kerabat. Semangat kebersamaan dan keakraban, menurutnya, jauh lebih bermakna daripada sekadar memamerkan harta benda atau pencapaian pribadi. Beliau menyatakan, "'Menjadi parsial atau bahkan tidak penting kalau mudik menjadi pamer kendaraan, kemudian pamer kesuksesan di rantau,'"
Lebih lanjut, Haedar Nashir menggarisbawahi pentingnya menjalani hidup sederhana. Gaya hidup konsumtif dan berlebihan, menurutnya, hanya akan memperlebar kesenjangan sosial dan berpotensi memicu perilaku menyimpang di masyarakat. Beliau mempertanyakan, "'Sukses itu harus, tetapi kalau menjadi pamer nanti akan tumbuh kesenjangan dengan masyarakat yang pada umumnya hidup sederhana dan biasa. Bisakah kita sekarang untuk hidup secukupnya?'"
Mudik Lebaran: Mempererat Silaturahim, Bukan Pamer Gaya Hidup
Haedar Nashir melihat potensi gaya hidup berlebihan tidak hanya terjadi pada individu, tetapi juga dapat merambah ke kalangan elite politik, ekonomi, dan keagamaan. Beliau mengingatkan bahwa pola hidup seperti ini dapat menjadi akar dari praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Ketidakpuasan dan ambisi untuk terus mengejar kekayaan dan kekuasaan, menurutnya, dapat menjadi lingkaran setan yang tak berujung.
Beliau menambahkan, "'Kekayaan tak pernah kenyang-kenyang ketika harta dan rizki Tuhan dilimpahkan kepadanya. Kepuasan juga sama, sudah dikasih masa jabatan seharusnya setiap orang dengan senang hati turun dari tahta itu dengan senyuman,'" Pesan ini menekankan pentingnya kepuasan batin dan rasa syukur atas nikmat yang telah diterima.
Lebih jauh, Haedar Nashir menyoroti pentingnya keseimbangan dalam menjalankan ajaran agama, baik dalam kehidupan sosial maupun bernegara. Beliau mendorong seluruh elemen bangsa untuk mengedepankan musyawarah, kebijaksanaan, dan mempersiapkan generasi emas untuk masa depan Indonesia. Hal ini, menurutnya, penting dalam membangun ekosistem bangsa yang kuat dan berkelanjutan.
Sebagai penutup, Haedar Nashir mencontohkan tokoh-tokoh bangsa yang lahir pada masa perjuangan kemerdekaan sebagai teladan dalam menjalani kehidupan bernegara yang berintegritas dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur.
Pentingnya Kesederhanaan dan Silaturahim dalam Mudik Lebaran
Imbauan Haedar Nashir ini sangat relevan dalam konteks masyarakat Indonesia yang beragam. Mudik Lebaran merupakan tradisi tahunan yang selalu dinantikan, namun perlu diingat bahwa esensi dari mudik adalah mempererat silaturahmi, bukan memamerkan kekayaan. Dengan hidup sederhana dan mengedepankan nilai-nilai kebersamaan, diharapkan masyarakat dapat menciptakan suasana Lebaran yang lebih harmonis dan bermakna.
Pesan moral yang disampaikan Haedar Nashir ini mengajak masyarakat untuk merenungkan kembali makna sebenarnya dari mudik Lebaran dan bagaimana seharusnya kita bersikap dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Semoga imbauan ini dapat diresapi dan diimplementasikan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Dengan demikian, Lebaran 2025 diharapkan menjadi momen yang penuh berkah, mempererat tali persaudaraan, dan menumbuhkan semangat kebersamaan, bukan ajang untuk mempertontonkan kemewahan dan kesuksesan yang justru dapat menimbulkan jurang pemisah di tengah masyarakat.