Hama Tikus Ancam Produksi Padi Gianyar, Pemkab Gelar Rapat Koordinasi
Pemerintah Kabupaten Gianyar menggelar rapat koordinasi untuk mengatasi serangan hama tikus yang meluas dan mengancam ketahanan pangan daerah.

Gianyar, Bali, 14 Mei 2025 - Serangan hama tikus yang merusak tanaman padi di sejumlah wilayah Kabupaten Gianyar, Bali, telah mendorong Pemerintah Kabupaten Gianyar untuk menggelar rapat koordinasi (rakor). Rapat ini bertujuan untuk mencari solusi mengatasi masalah yang mengancam produksi padi dan ketahanan pangan daerah. Rakor tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Gianyar, I Made Mahayastra, dan dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk para pekaseh (pengurus subak), akademisi, dan perwakilan dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).
Berdasarkan data yang dihimpun hingga 8 Mei 2025, serangan hama tikus telah mengakibatkan kerusakan lahan pertanian yang signifikan. Subak Patas Kenderan mengalami kerusakan seluas 40 hektare, Subak Kedangan Wanayu 25 hektare, Subak Kedangan Buruan 20 hektare, dan sejumlah subak lainnya di Kecamatan Gianyar, Sukawati, Ubud, Tegallalang, dan Blahbatuh juga terdampak. Kondisi ini membuat petani khawatir akan gagal panen dan berdampak pada perekonomian mereka.
"Saya sudah berkeliling ke beberapa subak, keluhannya sama yaitu hama tikus. Untuk itu saya mengajak pekaseh, akademisi, PHDI atau praktisi membahas langkah apa yang harus kita ambil agar hal ini segera bisa kita selesaikan," ujar Bupati Gianyar I Made Mahayastra, seperti dikutip dari siaran pers Diskominfo Kabupaten Gianyar. Bupati menekankan pentingnya pertanian bagi Gianyar sebagai "roh atau urat nadi pariwisata", dan berkomitmen untuk mendukung ketahanan pangan nasional sesuai dengan program pemerintah.
Analisis dan Rekomendasi Ahli
Rakor menghadirkan para akademisi, Prof. I Wayan Supartha dan Prof. Dewa Ngurah Supraptha, untuk memberikan analisis dan rekomendasi. Prof. Supartha menjelaskan bahwa ledakan populasi tikus disebabkan oleh beberapa faktor. "Satu ekor tikus bisa beranak seratusan dalam setahun, siklus hidup yang panjang serta adaptasi yang baik. Faktor lainnya seperti musuh alami yang sudah berkurang seperti ular dan burung hantu serta ketersediaan makanan yang selalu ada," paparnya. Ia juga menyoroti kurangnya pemantauan rutin di sawah dan kurangnya kapasitas petani dalam pengendalian hama.
Prof. Supartha menyarankan peningkatan kapasitas petani dalam pengendalian hama tumbuhan dan pemantauan yang lebih intensif. Ia merekomendasikan pengendalian hama tikus pada masa vegetatif padi dengan sanitasi lingkungan dan penggunaan rodentisida. "Sebelum diberikan umpan beracun sebaiknya dilakukan perumpanan pendahuluan untuk membiasakan tikus makan umpan tanpa racun selama 2 sampai 3 hari," jelasnya. Rekomendasi ini diberikan mengingat serangan tikus telah terjadi sejak padi berusia 14 hari setelah tanam.
Menanggapi kekhawatiran masyarakat terkait penggunaan racun tikus, Bupati Mahayastra juga meminta masukan dari PHDI dan FKUB untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat. Ia menegaskan bahwa penggunaan rodentisida bertujuan untuk mengendalikan, bukan memberantas tikus, dan tetap perlu mempertimbangkan aspek kearifan lokal.
Sebagai tindak lanjut rakor, Bupati Mahayastra akan memberikan bantuan rodentisida kepada para petani dan meminta dukungan TNI/Polri untuk membantu menyelesaikan masalah ini. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah daerah untuk melindungi petani dan menjaga ketahanan pangan Gianyar.
Kesimpulan: Rapat koordinasi yang digelar oleh Pemkab Gianyar merupakan langkah penting dalam mengatasi serangan hama tikus yang mengancam produksi padi. Dengan melibatkan berbagai pihak dan merumuskan strategi pengendalian yang komprehensif, diharapkan masalah ini dapat segera teratasi dan ketahanan pangan Gianyar tetap terjaga.