Hujan Lebat Diprediksi Guyur Palembang H-7 Lebaran, BMKG Imbau Warga Waspada
BMKG Sumsel memprediksi peningkatan intensitas hujan di Palembang pada H-7 Lebaran, imbau warga waspada potensi cuaca ekstrem dan banjir.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memprediksi peningkatan intensitas hujan di Kota Palembang menjelang Hari Raya Idul Fitri. Prediksi ini disampaikan Kamis (20/3) oleh Kepala Unit Data dan Informasi BMKG SMB II Palembang, Sinta Andayani. Peningkatan intensitas hujan diperkirakan akan terjadi pada H-7 Lebaran, atau sekitar tujuh hari sebelum perayaan Idul Fitri. BMKG juga mengingatkan potensi pasang surut air Sungai Musi yang perlu diwaspadai.
Sinta Andayani menjelaskan, "Dalam waktu tiga hari ini hujan di Palembang potensinya masih ada, namun intensitasnya ada penurunan, setelah tiga hari ke depan hujan akan kembali meningkat intensitasnya di Kota Palembang." Ia merinci bahwa penurunan intensitas hujan akan ditandai dengan kondisi berawan hingga hujan ringan. Namun, dalam tiga hari berikutnya, intensitas hujan diprediksi meningkat menjadi sedang hingga lebat.
Selain peningkatan curah hujan, BMKG juga memberikan perhatian pada pasang surut air Sungai Musi. Berdasarkan data prakiraan, pasang tertinggi di bulan Maret diperkirakan terjadi pada tanggal 24-26 Maret 2025. Pasang ini akan kembali terjadi di muara Sungai Musi dengan ketinggian maksimum mencapai 3,4 meter. BMKG terus memantau kondisi ini dan mengimbau kewaspadaan di wilayah rawan banjir atau genangan.
Waspada Banjir dan Genangan
BMKG menjelaskan bahwa peningkatan intensitas hujan dan pasang surut air Sungai Musi berpotensi menyebabkan banjir dan genangan di beberapa wilayah Kota Palembang. Kondisi ini diperparah dengan prediksi cuaca ekstrem yang diperkirakan berlangsung hingga musim pancaroba tiba pada April-Mei 2025. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu waspada dan siaga terhadap potensi bencana hidrometeorologi.
Sinta Andayani menambahkan, "Periode kewaspadaan cuaca ekstrem ini diperkirakan sampai datang musim pancaroba pada April-Mei 2025 mendatang." Ia juga menjelaskan faktor penyebab cuaca panas dan hujan yang terjadi saat ini di Palembang, yaitu proses kondensasi pada pertumbuhan awan hujan yang menyebabkan suhu udara di sekitarnya terangkat, kemudian mengalami fase lurus dari awan tersebut sehingga terjadi hujan.
BMKG menekankan pentingnya pemantauan kondisi cuaca secara berkala, mengingat perubahan cuaca yang sangat dinamis dan cepat. Masyarakat diimbau untuk selalu mendapatkan informasi terkini dari BMKG dan mengikuti arahan dari pihak berwenang terkait mitigasi bencana.
Imbauan untuk Masyarakat
Mengingat prediksi peningkatan intensitas hujan dan potensi banjir, BMKG mengimbau masyarakat Palembang untuk meningkatkan kewaspadaan. Langkah-langkah antisipasi seperti membersihkan saluran drainase, menyiapkan perlengkapan darurat, dan memantau informasi cuaca secara berkala sangat penting dilakukan. Kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerah juga sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak negatif dari cuaca ekstrem.
Meskipun prediksi cuaca menunjukkan peningkatan intensitas hujan, BMKG tetap menekankan pentingnya pemantauan terus-menerus. Kondisi cuaca yang dinamis dapat menyebabkan perubahan mendadak, sehingga masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan siaga. Informasi terkini dan akurat dari BMKG akan membantu masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi potensi cuaca ekstrem.
Palembang akan memasuki musim pancaroba pada periode April-Mei 2025. Namun, kondisi cuaca ini perlu terus dipantau karena perubahannya yang cepat dan dinamis. BMKG mengimbau warga untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem karena Sumsel masih dalam periode musim hujan.
"Kami mengimbau warga untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem karena masih dalam periode musim hujan di Sumsel," kata Sinta Andayani.
Dengan memperhatikan prediksi BMKG ini, diharapkan masyarakat Palembang dapat lebih siap menghadapi potensi peningkatan intensitas hujan dan mengambil langkah-langkah antisipasi yang diperlukan untuk mengurangi risiko bencana.