IHSG Berpotensi Rebound hingga 6.500: Penundaan Tarif Trump Picu Optimisme
Penundaan tarif resiprokal oleh Presiden Trump memberikan sentimen positif, mendorong proyeksi rebound IHSG hingga level 6.500 menurut Phintraco Sekuritas.

Jakarta, 10 April 2025 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan mengalami penguatan signifikan hari ini, Kamis (10/4), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda implementasi tarif resiprokal selama 90 hari. Phintraco Sekuritas memproyeksikan IHSG berpotensi rebound ke kisaran 6.160 hingga 6.270, bahkan hingga 6.450 sampai 6.500 jika euforia pasar cukup besar. Keputusan Trump ini memberikan waktu tambahan bagi Indonesia untuk bernegosiasi dengan AS, sekaligus meredakan ketegangan perdagangan global.
Menurut Valdy Kurniawan, Senior Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, penundaan tarif ini membawa dampak positif bagi pasar saham Indonesia. "Jika euforia cukup besar, penguatan IHSG dapat berlanjut sampai dengan kisaran 6.450 sampai 6.500," ujar Valdy dalam keterangannya di Jakarta. Ia menjelaskan bahwa kebijakan ini mengurangi risiko praktik dumping di kawasan ASEAN, termasuk Indonesia, dan meredam potensi oversupply yang dapat memaksa penerapan tarif impor baru.
Kondisi ini memberikan sentimen positif bagi investor, karena mengurangi ketidakpastian di pasar global. Keputusan Trump untuk menunda tarif resiprokal, yang awalnya direncanakan diberlakukan pada berbagai negara mitra dagang, memberikan ruang bagi negosiasi dan mengurangi potensi eskalasi konflik perdagangan. Hal ini tentunya berdampak positif terhadap kinerja IHSG dan pasar saham secara global.
Analisa IHSG Pasca Penundaan Tarif Trump
Penundaan tarif resiprokal selama 90 hari oleh Presiden Trump memberikan dampak signifikan terhadap pasar saham global, termasuk Indonesia. Keputusan ini memberikan waktu bagi Indonesia dan negara-negara lain untuk bernegosiasi dengan AS dan mencari solusi yang saling menguntungkan. Hal ini mengurangi kekhawatiran akan perang dagang yang lebih meluas dan berdampak negatif pada perekonomian global.
Secara khusus, penundaan ini dinilai akan meredam potensi oversupply produk-produk di kawasan ASEAN. Sebelumnya, kekhawatiran akan penerapan tarif resiprokal berpotensi memicu oversupply dan memaksa penerapan tarif impor atau hambatan impor non-tarif baru antar negara ASEAN. Dengan penundaan ini, potensi tersebut dapat diminimalisir.
Kondisi pasar global yang lebih stabil pasca pengumuman Trump juga memberikan sentimen positif bagi investor. Penguatan signifikan di bursa Wall Street, dengan indeks Dow Jones naik 7,69 persen, Nasdaq naik 12,16 persen, dan Russell 2000 naik 8,66 persen, menunjukkan optimisme pasar terhadap perkembangan ini. Hal ini turut mendorong ekspektasi positif terhadap kinerja IHSG.
Dampak Positif Bagi Pasar Saham Indonesia
Meskipun tarif terhadap China tetap dinaikkan, penundaan tarif resiprokal ke negara lain, termasuk Indonesia, dinilai sebagai langkah positif. Trump sendiri menyatakan bahwa lebih dari 75 negara siap bernegosiasi dengan AS. Hal ini menunjukkan adanya upaya untuk menyelesaikan permasalahan perdagangan melalui jalur diplomasi, bukan konfrontasi.
Lebih lanjut, normalisasi imbal hasil obligasi US Treasury juga menjadi indikator positif. Sebelumnya, imbal hasil obligasi berada di level empat persen di tengah ekspektasi pemangkasan tingkat suku bunga The Fed. Normalisasi ini menunjukkan stabilitas di pasar keuangan global, yang turut menunjang optimisme pasar saham.
Secara keseluruhan, keputusan Trump ini memberikan ruang bagi Indonesia untuk memperkuat posisi negosiasinya dengan AS. Hal ini memberikan sentimen positif bagi pasar saham Indonesia dan berpotensi mendorong IHSG untuk rebound ke level yang lebih tinggi.
Dengan adanya waktu tambahan untuk bernegosiasi, Indonesia dapat fokus pada upaya-upaya untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dengan AS. Hal ini akan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.