IHSG Menguat 0,86 Persen di Tengah Pelemahan Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,86 persen pada Kamis (15/5) di tengah pelemahan bursa saham Asia, didorong aksi beli investor asing dan meredanya tensi AS-China.

Jakarta, 15 Mei 2024 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil ditutup menguat pada Kamis sore ini, meskipun bursa saham di kawasan Asia cenderung melemah. Penguatan IHSG ini diwarnai oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal.
IHSG berhasil naik 60,28 poin atau setara dengan 0,86 persen, dan akhirnya menetap di posisi 7.040,16. Kenaikan ini juga diikuti oleh indeks LQ45 yang meningkat 9,34 poin atau 1,19 persen, mencapai posisi 796,42. Penguatan ini memberikan sentimen positif bagi pasar saham Indonesia.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, menjelaskan bahwa penguatan IHSG didorong oleh aksi beli bersih yang dilakukan oleh investor asing. Kembalinya investor asing ke pasar saham Indonesia menjadi salah satu faktor kunci di balik kenaikan ini.
Sentimen Positif dari Redanya Tensi AS-China
Salah satu faktor pendorong utama penguatan IHSG adalah meredanya tensi perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kesepakatan pemangkasan tarif impor antara kedua negara memberikan suntikan kepercayaan kepada investor. Hal ini memberikan harapan baru bagi pertumbuhan ekonomi global dan secara langsung berdampak positif pada pasar saham Indonesia.
Meredanya ketegangan perdagangan ini mengurangi ketidakpastian di pasar global, mendorong investor untuk lebih optimis dan berinvestasi di pasar saham Indonesia. Aksi beli bersih investor asing mencerminkan kepercayaan mereka terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa situasi global masih dinamis. Ketidakpastian ekonomi global masih ada, sehingga investor perlu tetap waspada terhadap perkembangan terkini.
Pergerakan Bursa Regional Asia
Di sisi lain, bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Meskipun meredanya tensi perdagangan AS-China memberikan dampak positif, pelaku pasar tetap fokus pada kebijakan makro, khususnya kebijakan fiskal masing-masing negara.
Sebelumnya, pasar telah memperhitungkan tekanan ekonomi makro akibat perang tarif dagang. Ketidakpastian kebijakan fiskal dan data ekonomi yang cenderung melemah dapat menambah risiko dan ketidakstabilan di pasar keuangan, sehingga mempengaruhi keputusan investasi dan likuiditas.
Namun, IHSG mampu bertahan di zona hijau sepanjang sesi perdagangan, menunjukkan resiliensi pasar saham Indonesia terhadap tekanan eksternal.
Sektor Penguatan dan Pelemahan
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, terdapat delapan sektor yang menguat, dengan sektor keuangan memimpin kenaikan sebesar 1,40 persen. Sektor energi dan properti juga menunjukkan kinerja positif, masing-masing naik 1,03 persen dan 0,97 persen.
Di sisi lain, tiga sektor mengalami penurunan, dengan sektor teknologi mengalami penurunan paling dalam sebesar 1,96 persen. Sektor industri dan konsumsi juga mengalami penurunan, masing-masing sebesar 0,19 persen dan 0,16 persen.
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain SSTM, WAPO, STRK, FITT, dan HELI. Sementara itu, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah KBLV, DKHH, NAIK, CSIS, dan SKRN.
Secara keseluruhan, frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.506.937 kali transaksi, dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 36,39 miliar lembar saham senilai Rp16,85 triliun. Sebanyak 345 saham naik, 257 saham menurun, dan 208 saham tidak bergerak nilainya.
Sebagai perbandingan, indeks Nikkei (Jepang) melemah 0,98 persen, indeks Shanghai (China) turun 0,68 persen, indeks Kuala Lumpur (Malaysia) turun 0,66 persen, sementara indeks Strait Times (Singapura) menguat 0,28 persen.
Penguatan IHSG di tengah pelemahan bursa Asia menunjukkan resiliensi pasar saham Indonesia dan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi domestik, meskipun tantangan global masih ada.