IHSG Turun 1,29%, Ikuti Tren Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,29 persen pada Kamis (30/1), mengikuti tren negatif mayoritas bursa saham di Asia, yang dipengaruhi oleh respon pasar terhadap kebijakan The Fed.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin, Kamis (30/1), ditutup dengan penurunan 1,29 persen atau 92,58 poin, mencapai level 7.073,48. Penurunan ini sejalan dengan pelemahan yang terjadi di sebagian besar bursa saham Asia. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai faktor penyebab dan dampaknya terhadap pasar saham domestik.
Analis dari Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas menilai, respon pasar terhadap keputusan The Fed di awal pekan ini menjadi penyebab utama penurunan IHSG. Meskipun perlambatan penurunan suku bunga sudah diantisipasi sejak Desember 2024, dampaknya terhadap sentimen investor rupanya masih kurang baik. Pernyataan resmi The Fed dan analisis terperinci mengenai keputusan tersebut perlu ditelaah lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas.
Sepanjang hari perdagangan, IHSG berada di zona merah. Kondisi ini berlanjut dari sesi pertama hingga penutupan perdagangan. Meskipun ada beberapa sektor yang menunjukkan kinerja positif, dampak negatif dari sentimen global tampaknya lebih dominan. Memahami dinamika pasar saham memerlukan analisis yang menyeluruh, tidak hanya melihat data IHSG tetapi juga kinerja bursa global.
Dari data Indeks Sektoral IDX-IC, terlihat adanya pergerakan yang beragam di berbagai sektor. Sektor teknologi mencatatkan penguatan sebesar 1,01 persen, sementara sektor barang konsumen primer naik tipis 0,08 persen. Namun, sembilan sektor lainnya mengalami pelemahan, dengan sektor barang baku mengalami penurunan terdalam yaitu 2,82 persen. Sektor properti dan infrastruktur juga terdampak cukup signifikan dengan penurunan masing-masing 1,67 persen dan 1,61 persen.
Pergerakan saham individual juga menunjukkan fluktuasi yang cukup signifikan. Saham INET, DOOH, WIFI, LION, dan NOBU menunjukan penguatan, sementara BSML, DATA, POLU, ANDI, dan KOTA mengalami pelemahan terbesar. Variasi pergerakan ini menunjukkan dinamika yang kompleks di dalam pasar saham, dan analisis lebih mendalam diperlukan untuk memahami penyebab di baliknya.
Secara keseluruhan, volume perdagangan tergolong tinggi. Tercatat sebanyak 1.218.000 kali transaksi dengan total nilai Rp11,90 triliun dan 17,38 miliar lembar saham diperdagangkan. Dari total saham yang diperdagangkan, 225 saham mengalami kenaikan, 408 saham mengalami penurunan, dan 322 saham stagnan. Data ini memberikan gambaran mengenai aktivitas perdagangan dan tingkat likuiditas di pasar.
Tren pelemahan IHSG juga sejalan dengan pergerakan beberapa bursa saham regional Asia. Meskipun indeks Nikkei di Jepang menguat 0,25 persen, indeks Shanghai di China melemah 0,06 persen, indeks Kuala Lumpur di Malaysia turun 0,40 persen, dan indeks Straits Times di Singapura stagnan. Perbedaan pergerakan ini menunjukkan kondisi pasar yang dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor spesifik di masing-masing negara.