IHSG Tutup Melemah 2 Persen, Ikuti Tren Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 2 persen pada Jumat sore, mengikuti tren negatif bursa saham regional Asia, di tengah kekhawatiran data ekonomi AS dan rebalancing indeks FTSE.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore, 21 Maret 2024, ditutup melemah signifikan, mengikuti tren penurunan di bursa saham kawasan Asia. Penurunan ini dipicu oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Penurunan IHSG sebesar 127,93 poin atau 2,00 persen ini menempatkannya pada posisi 6.253,74. Indeks LQ45 pun turut terdampak, turun 22,30 poin atau 3,14 persen ke posisi 687,90.
Pelemahan IHSG ini sejalan dengan sentimen negatif global. Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas mencatat bahwa sentimen pasar tetap lemah menyusul penurunan di bursa Amerika Serikat (AS). Pasar mencermati data ekonomi AS terbaru dengan hati-hati, di tengah kekhawatiran atas kebijakan tarif Presiden Trump. Data Initial Jobless Claims yang meningkat menjadi 223.000 dari sebelumnya 220.000, dan Continuing Claims yang naik menjadi 1.892.000 dari 1.870.000, turut menambah kekhawatiran.
Sikap kebijakan moneter The Fed juga menjadi sorotan. The Fed sebelumnya menyoroti meningkatnya risiko terhadap pertumbuhan, lapangan kerja, dan inflasi dalam proyeksi ekonomi terbarunya, dan menegaskan kembali bahwa mereka tidak terburu-buru untuk memangkas suku bunga lebih lanjut. Hal ini menambah ketidakpastian di pasar dan mendorong investor untuk lebih berhati-hati.
Faktor Regional dan Domestik yang Mempengaruhi IHSG
Dari regional, kurangnya kejelasan mengenai rencana terbaru China untuk meningkatkan konsumsi dan menstabilkan pasar properti dan ekuitas juga turut menekan IHSG. Kurangnya transparansi ini membuat investor cenderung menghindari aset berisiko tinggi. Di dalam negeri, melemahnya IHSG juga dibayangi oleh aksi rebalancing indeks FTSE. FTSE Russell resmi melakukan rebalancing untuk indeks global mereka, termasuk saham-saham dari Indonesia. Proses ini berdampak pada pergerakan harga saham di BEI.
Selain itu, penurunan saham BUMN juga memberikan kontribusi terhadap pelemahan IHSG. Hal ini terkait dengan proses inbreng Danantara yang dijadwalkan selesai akhir bulan Maret 2025. Kementerian BUMN sedang menyusun Peraturan Pemerintah untuk mengatur proses pengalihan saham BUMN kepada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Struktur lengkap Danantara direncanakan diumumkan dalam waktu dekat, dan ketidakpastian ini memengaruhi sentimen investor.
IHSG dibuka dengan penguatan, namun kemudian berbalik arah ke teritori negatif hingga penutupan sesi pertama. Pada sesi kedua, IHSG tetap berada di zona merah hingga penutupan perdagangan saham. Sebelas sektor mengalami pelemahan, dengan sektor keuangan mengalami penurunan terbesar sebesar 4,31 persen, diikuti sektor barang konsumen non primer (4,13 persen) dan sektor barang konsumen primer (2,68 persen).
Pergerakan Saham dan Data Perdagangan
Beberapa saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain BINO, FORU, RONY, POLU, SMMA, dan PEVE. Sebaliknya, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar meliputi FORU, MSIN, OBMD, MMIX, dan KOTA. Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.208.000 kali transaksi, dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 14,24 miliar lembar saham senilai Rp15,81 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 143 saham naik, 512 saham menurun, dan 302 saham tidak bergerak nilainya.
Bursa saham regional Asia juga menunjukkan tren negatif. Indeks Nikkei melemah 0,20 persen, indeks Shanghai turun 1,29 persen, sementara indeks Kuala Lumpur menguat 1,29 persen, dan indeks Straits Times melemah 0,18 persen. Tren negatif ini semakin memperkuat sentimen negatif yang memengaruhi IHSG.
Secara keseluruhan, pelemahan IHSG pada Jumat, 21 Maret 2024, merupakan refleksi dari berbagai faktor internal dan eksternal. Data ekonomi AS, kebijakan The Fed, ketidakpastian di pasar regional, rebalancing indeks FTSE, dan proses inbreng Danantara semuanya berkontribusi terhadap penurunan indeks. Perkembangan selanjutnya perlu dipantau untuk melihat bagaimana IHSG akan bereaksi terhadap berbagai faktor tersebut.