IHSG Ditutup Melemah 0,57 Persen, Ikuti Tren Bursa Asia
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,57 persen pada Senin sore, mengikuti pelemahan bursa saham regional Asia yang dipengaruhi data ekonomi China dan AS.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin, 10 Maret 2024, ditutup melemah. Penurunan ini mengikuti tren pelemahan yang terjadi di bursa saham kawasan Asia. Penurunan IHSG sebesar 37,79 poin atau 0,57 persen, menempatkannya pada posisi 6.598,21. Indeks LQ45, yang melacak 45 saham unggulan, juga turut terdampak, turun 10,51 poin atau 1,40 persen ke posisi 739,88.
Pelemahan IHSG dan bursa saham regional Asia ini, menurut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas, merupakan reaksi terhadap data ekonomi terbaru dari China dan Amerika Serikat (AS). Tekanan deflasi yang berkelanjutan di China menjadi sorotan utama, menggarisbawahi tantangan ekonomi negara tersebut. "IHSG dan bursa saham regional Asia melemah, pasar bereaksi terhadap data terbaru dari China dan data ekonomi Amerika Serikat (AS), yang mana tekanan deflasi yang terus-menerus menggarisbawahi tantangan ekonomi China," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas.
Data dari Biro Statistik Nasional China menunjukkan inflasi bulanan Februari turun dari 0,7 persen menjadi minus 0,2 persen, sementara inflasi tahunan turun dari 0,5 persen menjadi minus 0,7 persen. Kondisi ini mengindikasikan melemahnya permintaan domestik di China dan meningkatnya ketegangan perdagangan dengan AS, yang secara keseluruhan memberikan prospek ekonomi China yang kurang menguntungkan.
Dampak Data Ekonomi dan Kebijakan AS
Keputusan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang menyatakan bahwa bank sentral AS tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga juga turut memengaruhi pasar. Pernyataan ini, diiringi kekhawatiran terkait kebijakan Presiden Donald Trump, semakin menambah ketidakpastian di pasar. Ketidakpastian tersebut diperparah oleh rencana Trump terkait tarif impor barang dari Kanada, Meksiko, dan China.
Sepanjang sesi perdagangan, IHSG berada di zona merah. Meskipun dibuka dengan pelemahan, IHSG tetap berada di teritori negatif hingga penutupan sesi pertama dan kedua. Kondisi ini menunjukkan sentimen negatif yang cukup kuat di pasar saham Indonesia.
Meskipun demikian, beberapa sektor menunjukkan kinerja yang positif. Sektor teknologi memimpin penguatan dengan kenaikan sebesar 5,44 persen, diikuti sektor barang konsumen primer (0,51 persen) dan barang konsumen non-primer (0,40 persen). Sebaliknya, delapan sektor lainnya mengalami penurunan, dengan sektor barang baku mengalami penurunan paling dalam, yaitu 3,24 persen, disusul sektor industri (2,47 persen) dan kesehatan (1,82 persen).
Pergerakan Saham dan Volume Perdagangan
Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar antara lain MINA, UNVC, MINE, FAST, dan RONY. Di sisi lain, saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar adalah RELI, NEST, SONA, MTFN, dan NAIK. Total frekuensi perdagangan mencapai 1.119.000 kali transaksi, dengan volume perdagangan saham sebanyak 18,64 miliar lembar saham senilai Rp9,45 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 247 saham naik, 386 saham turun, dan 324 saham stagnan.
Pergerakan IHSG ini sejalan dengan tren di bursa saham regional Asia. Indeks Nikkei di Jepang menguat 0,38 persen, sementara indeks Shanghai di China melemah 0,19 persen. Indeks Kuala Lumpur di Malaysia dan indeks Straits Times di Singapura juga mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,70 persen dan 0,39 persen.
Secara keseluruhan, pelemahan IHSG pada Senin ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk data ekonomi China yang kurang menggembirakan, ketidakpastian kebijakan AS, dan sentimen pasar global. Meskipun beberapa sektor menunjukkan kinerja positif, tren negatif di pasar regional Asia turut menyeret IHSG ke zona merah.