IHSG Anjlok 9%, Ikuti Pelemahan Bursa Global Akibat Kebijakan Tarif AS
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok tajam pagi ini, mengikuti pelemahan bursa global yang dipicu kebijakan tarif impor Amerika Serikat, memicu kekhawatiran investor akan perlambatan ekonomi.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan signifikan pada Selasa pagi, menyusul pelemahan bursa saham global. Penurunan ini dipicu oleh kebijakan tarif impor baru yang diterapkan Amerika Serikat (AS). Hal ini berdampak luas, tidak hanya pada IHSG, tetapi juga pada pasar saham di berbagai negara.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG langsung melemah 596,33 poin atau 9,16 persen, hingga mencapai posisi 5.914,28. Penurunan ini diikuti oleh Indeks LQ45 yang juga turun drastis sebesar 92,61 poin atau 11,25 persen ke posisi 651,90. Situasi ini menunjukkan dampak besar kebijakan tarif AS terhadap pasar saham Indonesia.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas memprediksi tekanan pada IHSG akan berlanjut, bahkan berpotensi melemah lebih lanjut. Hal ini menunjukkan sentimen negatif yang kuat di pasar, yang dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global dan dampak langsung kebijakan tarif AS terhadap Indonesia.
Dampak Kebijakan Tarif AS terhadap IHSG
Salah satu faktor utama penurunan IHSG adalah kepanikan pasar yang dipicu oleh tarif balasan yang cukup tinggi dari AS terhadap Indonesia, yaitu sebesar 32 persen. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia dan daya saing produk ekspor.
Pemerintah Indonesia merespon situasi ini dengan mengambil langkah diplomatik melalui negosiasi bilateral dengan AS. Delegasi tingkat tinggi telah dikirim ke AS untuk mencari solusi dan mengurangi dampak negatif dari kebijakan tarif tersebut.
Meskipun upaya diplomatik dilakukan, dampak negatif kebijakan tarif AS sudah terasa di pasar. Aksi jual besar-besaran terjadi di pasar saham Indonesia, menunjukkan kurangnya kepercayaan investor terhadap kondisi pasar saat ini.
Reaksi Pasar Saham Global
Pelemahan IHSG sejalan dengan tren penurunan di pasar saham global. Pasar saham AS, khususnya Wall Street, telah terpukul sejak pengumuman kebijakan tarif besar-besaran oleh Presiden Trump pada Rabu (2/4/2025). Kebijakan ini mencakup seluruh impor ke AS dan menaikkan tarif terhadap mitra dagang utama, termasuk Indonesia.
Pada perdagangan Senin (7/4/2025), indeks S&P 500 dan Dow Jones mengalami penurunan setelah perdagangan yang fluktuatif. Kekhawatiran investor terhadap perlambatan ekonomi dan peningkatan inflasi semakin memperparah situasi.
Sikap Presiden Trump yang tetap kukuh pada kebijakan tarif, bahkan mengisyaratkan kemungkinan kenaikan lebih lanjut terhadap China, semakin meningkatkan kekhawatiran investor global. Hal ini menyebabkan ketidakpastian dan memicu aksi jual di berbagai pasar saham dunia.
Penurunan Tajam di Pasar Saham Eropa
Pasar saham Eropa juga mengalami penurunan tajam pada Senin (7/4/2025). Indeks STOXX 600 turun 4,5 persen, mencapai level terendah sejak Januari 2024. Penurunan ini menunjukkan dampak luas dari kebijakan tarif AS terhadap perekonomian global.
Indeks DAX Jerman, yang sangat sensitif terhadap perdagangan, sempat anjlok hingga 6,4 persen, hampir memasuki kondisi bear market. Meskipun akhirnya ditutup turun 4,13 persen ke 19.789,62, penurunan ini tetap signifikan. Indeks FTSE 100 Inggris dan CAC Prancis juga mengalami penurunan yang cukup besar, masing-masing sebesar 4,38 persen dan 4,78 persen.
Kondisi pasar saham Eropa yang bergejolak menunjukkan dampak negatif kebijakan tarif AS terhadap kepercayaan investor dan pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Ketidakpastian ekonomi global semakin meningkat akibat kebijakan proteksionis yang diterapkan AS.
Pergerakan Bursa Saham Regional Asia
Berbeda dengan pasar saham di Amerika dan Eropa, beberapa bursa saham regional Asia menunjukkan pergerakan yang beragam. Indeks Nikkei di Jepang menguat 5,71 persen, sementara indeks Shanghai di China melemah tipis. Indeks Kuala Lumpur dan Straits Times juga menunjukkan penguatan.
Pergerakan yang beragam ini menunjukkan bahwa dampak kebijakan tarif AS tidak merata di seluruh pasar saham regional Asia. Faktor-faktor lokal dan kondisi ekonomi masing-masing negara juga mempengaruhi pergerakan bursa saham.
Secara keseluruhan, situasi pasar saham global saat ini masih dibayangi oleh ketidakpastian akibat kebijakan tarif AS. Indonesia, sebagai salah satu negara yang terkena dampak langsung, perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif terhadap perekonomian nasional.