IHSG Diprediksi Variatif: Tensi Perdagangan Global Jadi Sorotan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi bergerak variatif seiring meningkatnya tensi perang dagang global dan kebijakan tarif agresif Amerika Serikat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu, 16 April 2025, diperkirakan bergerak variatif. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar terhadap tensi perang dagang global dan kebijakan tarif yang agresif dari Amerika Serikat (AS).
Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat 19,59 poin atau 0,30 persen ke posisi 6.461,19. Indeks LQ45 pun ikut naik 0,97 poin atau 0,13 persen ke posisi 724,18. Namun, pergerakan ini diperkirakan tidak akan bertahan lama, mengingat ketidakpastian global yang masih membayangi.
Senior Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan, memprediksi IHSG akan bergerak fluktuatif dalam rentang 6.350 hingga 6.500. Prediksi ini mencerminkan ketidakpastian yang masih menyelimuti pasar saham domestik akibat pengaruh kondisi eksternal.
Tensi Perdagangan Global dan Kebijakan Tarif AS
Sebelum libur panjang, pelaku pasar sempat menerima sinyal bahwa pemerintah AS akan lebih selektif dan fleksibel dalam menentukan kebijakan tarif. Namun, kenyataannya kebijakan yang diterapkan justru bersifat agresif dan menyasar hampir semua mitra dagang. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
Pelaku pasar juga mencermati rencana tarif AS untuk semikonduktor pada pekan depan, serta kebijakan terkait impor mineral kritis. Kebijakan-kebijakan ini menimbulkan ketidakpastian dan berpotensi mempengaruhi kinerja IHSG.
Presiden AS, Donald Trump, sebelumnya menginginkan China untuk datang dan memohon agar diberikan kesempatan bernegosiasi. Namun, China menolak tawaran tersebut dan Presiden Xi Jinping menyatakan tidak akan meladeni negosiasi semacam itu. Sikap tegas China ini semakin memperkeruh situasi perdagangan global.
Terhadap Uni Eropa, Trump menginformasikan akan mendorong industri otomotif, meskipun tarif otomotif sebesar 25 persen telah diterapkan. Rencana penerapan tarif untuk komponen otomotif pada 3 Mei 2025 juga menambah ketidakpastian di pasar.
Negosiasi Tarif Resiprokal dan Dampaknya
Di tengah situasi global yang penuh tantangan, Indonesia tengah melakukan negosiasi tarif resiprokal melalui tim yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Tim tersebut telah berangkat ke AS untuk melakukan negosiasi.
Isu tarif dan perlambatan konsumsi domestik telah berdampak pada penurunan indeks keyakinan konsumen. Indeks tersebut turun menjadi 121,1 pada Maret 2025 dari 126,4 pada Februari 2025. Kemungkinan penurunan lebih lanjut diperkirakan terjadi pada April 2025, bertepatan dengan puncak intensitas kebijakan tarif.
Pergerakan bursa saham global juga menunjukkan dampak dari tensi perdagangan ini. Bursa saham Eropa ditutup menguat pada Selasa, 16 April 2025, dengan indeks STOXX 600 naik 1,63 persen, DAX naik 1,43 persen, dan FTSE naik 1,41 persen. Namun, bursa saham AS justru ditutup melemah. Dow Jones Industrial Average turun 0,38 persen, S&P 500 melemah 0,17 persen, dan Nasdaq Composite turun tipis 0,05 persen.
Di pasar saham regional Asia, indeks Nikkei melemah 0,48 persen, Shanghai melemah 0,41 persen, Kuala Lumpur melemah 0,22 persen, sementara indeks Strait Times menguat 0,25 persen.
Secara keseluruhan, situasi global yang masih diwarnai oleh tensi perdagangan dan kebijakan tarif AS yang agresif berpotensi mempengaruhi pergerakan IHSG. Pelaku pasar perlu mencermati perkembangan situasi global dan kebijakan pemerintah untuk dapat mengambil keputusan investasi yang tepat.