IHSG Ikuti Pelemahan Bursa Asia, Anjlok 0,93 Persen! Perang Dagang AS-China Jadi Biang Keladi?
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) melemah 0,93 persen pagi ini, mengikuti tren negatif bursa saham Asia yang dipicu oleh meningkatnya perang tarif antara AS dan China.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengawali perdagangan Jumat pagi dengan penurunan signifikan, mengikuti jejak pelemahan bursa saham di kawasan Asia. Pembukaan perdagangan menunjukkan IHSG anjlok 58,45 poin atau 0,93 persen, parkir di posisi 6.195,57. Tren negatif ini juga terlihat pada indeks LQ45 yang turun 10,94 poin (1,55 persen) ke level 696,17. Pelemahan ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai faktor penyebab dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memberikan prediksinya terkait pergerakan IHSG hari ini. "IHSG hari ini (11/4) diprediksi bergerak melemah dalam range 6.100 sampai 6.280," ujar Ratih dalam keterangannya di Jakarta. Pernyataan ini semakin memperkuat kekhawatiran pelaku pasar akan potensi penurunan IHSG yang lebih lanjut.
Meningkatnya ketegangan perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi faktor utama yang memicu kekhawatiran di pasar global, termasuk Indonesia. Presiden Donald Trump kembali menegaskan total tarif yang dikenakan AS kepada China mencapai 145 persen, terdiri dari tarif resiprokal 125 persen dan "tarif fentanyl" 20 persen. Situasi ini menciptakan ketidakpastian yang berdampak signifikan terhadap sentimen investor.
Perang Tarif AS-China dan Dampaknya terhadap IHSG
Perang tarif antara AS dan China telah lama menjadi bayang-bayang bagi pasar saham global. Kenaikan tarif impor yang diumumkan oleh Presiden Trump menambah ketidakpastian dan memicu aksi jual di berbagai bursa saham, termasuk di Asia. Hal ini diperparah dengan kesepakatan antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Vietnam Ho Duc Phoc untuk membahas tarif resiprokal Vietnam sebesar 46 persen.
Vietnam, yang menyumbang defisit neraca dagang AS sebesar 123,4 miliar dolar AS pada 2024 (peringkat ketiga terbesar setelah Meksiko), menjadi sorotan dalam konteks perang dagang ini. Diskusi formal tersebut menunjukkan bahwa AS tengah berupaya menekan negara-negara yang dianggap berkontribusi pada defisit perdagangannya.
Selain perang tarif AS-China, pelaku pasar juga menantikan rilis kinerja keuangan kuartalan dari beberapa bank investasi besar seperti JPMorgan (JPM), Morgan Stanley (MS), dan BlackRock (BLK). Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan ini dapat memberikan indikasi lebih lanjut tentang kesehatan ekonomi global dan berdampak pada sentimen pasar.
Pelemahan Bursa Saham AS dan Regional
Bursa saham AS Wall Street mengalami penurunan signifikan pada perdagangan Kamis (10/04). Penurunan ini merupakan respons pasar terhadap kebijakan Trump menaikkan tarif impor terhadap China. Indeks Dow Jones turun 1.014,79 poin (2,50 persen) ke level 39.593,66, S&P 500 kehilangan 188,85 poin (3,46 persen) menjadi 5.268,05, dan Nasdaq Composite anjlok 737,66 poin (4,31 persen) ke 16.387,31.
Tren negatif dari Wall Street berdampak pada bursa saham regional Asia. Pada pagi ini, indeks Nikkei anjlok 1.548,99 poin (4,48 persen) ke 33.060,01, indeks Kuala Lumpur turun 23,71 poin (1,62 persen) ke 1.439,42, dan indeks Strait Times melemah 86,04 poin (2,40 persen) ke 3.491,79. Hanya indeks Shanghai yang menunjukkan penguatan tipis, naik 2,55 poin (0,08 persen) ke 1.226,19.
Pelemahan IHSG pagi ini mencerminkan dampak global dari ketegangan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi. Situasi ini menunjukkan betapa pasar saham Indonesia sangat sensitif terhadap perkembangan ekonomi global. Para investor perlu memantau perkembangan situasi dengan cermat untuk mengantisipasi potensi risiko dan peluang di masa mendatang.
Situasi ini tentunya perlu diwaspadai oleh para investor. Analisis yang cermat dan strategi investasi yang tepat menjadi kunci untuk menghadapi volatilitas pasar yang tinggi. Perkembangan selanjutnya terkait perang dagang AS-China dan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan besar akan sangat menentukan arah pergerakan IHSG dalam beberapa waktu ke depan.