IHSG Diprediksi Melemah: Eskalasi Perang Dagang AS-UE Jadi Ancaman
Kekhawatiran eskalasi perang dagang antara AS dan Uni Eropa berpotensi menyebabkan IHSG melemah, meskipun bursa saham regional Asia menunjukkan penguatan.

Jakarta, 17 Maret 2025 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diprediksi akan melemah pada hari Senin ini. Ancaman utama penurunan tersebut adalah meningkatnya kekhawatiran akan eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan negara-negara mitra dagangnya, terutama Uni Eropa (UE). Meskipun IHSG dibuka dengan penguatan tipis, yaitu 5,06 poin atau 0,08 persen ke posisi 6.520,69, potensi koreksi tetap menjadi perhatian utama para analis.
Penguatan tersebut tampak kontradiktif dengan sentimen global yang cenderung negatif. Ancaman Presiden AS Donald Trump untuk memberlakukan tarif 200 persen pada produk alkohol dari UE sebagai balasan atas tarif 50 persen yang dikenakan UE pada wiski Amerika, menjadi salah satu faktor utama penyebab kekhawatiran ini. Keputusan Trump yang menyatakan tidak akan mengubah kebijakan tarif yang lebih luas yang akan diterapkan pada 2 April 2025 mendatang semakin memperparah situasi.
Di tengah ketidakpastian global ini, pasar domestik juga menghadapi tantangan. Meskipun neraca perdagangan Indonesia diperkirakan surplus pada Februari 2025, perlambatan konsumsi domestik turut menjadi faktor yang perlu dipertimbangkan. Hal ini menunjukkan kompleksitas situasi ekonomi Indonesia yang dipengaruhi oleh dinamika global dan domestik.
Analisis IHSG dan Pergerakan Pasar Global
Fanny Suherman, CFP Head of Retail Research BNI Sekuritas, memprediksi potensi koreksi IHSG dengan level support 6.340 atau 6.470, dan level resistance 6.550 atau 6.600. Prediksi ini mencerminkan kekhawatiran akan dampak negatif eskalasi perang dagang terhadap pasar saham Indonesia. Meskipun bursa saham regional Asia seperti Nikkei, Shanghai, Kuala Lumpur, dan Strait Times menunjukkan penguatan pada perdagangan pagi ini, sentimen negatif dari perang dagang AS-UE tetap menjadi bayang-bayang yang menghantui.
Penguatan di pasar saham Eropa pada Jumat (14/3) lalu, yang didorong oleh kesepakatan penting partai politik di Jerman terkait utang negara, memberikan sedikit sentimen positif. Namun, analis tetap waspada terhadap tantangan yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kabar baik dari beberapa kawasan, dampak perang dagang AS-UE masih menjadi perhatian utama.
Di sisi lain, Wall Street AS mengalami kenaikan tajam pada Jumat (14/3) setelah melemah sepanjang pekan. Kenaikan indeks Dow Jones Industrial Average (1,65 persen), S&P 500 (2,13 persen), dan Nasdaq Composite (2,61 persen) menunjukkan adanya optimisme di pasar AS, meskipun masih dibayangi oleh ketidakpastian kebijakan tarif Trump. Kenaikan saham-saham besar seperti Nvidia, Tesla, Meta Platforms, Amazon, dan Apple juga turut berkontribusi pada penguatan ini.
Dampak Perang Dagang dan Antisipasi Pasar
Eskalasi perang dagang antara AS dan UE menimbulkan ketidakpastian yang signifikan bagi pasar global, termasuk Indonesia. Potensi kenaikan tarif impor dan retaliasi perdagangan dapat mengganggu rantai pasokan global dan mengurangi investasi asing. Hal ini berdampak langsung pada kinerja perusahaan-perusahaan di Indonesia, terutama yang berorientasi ekspor.
Para pelaku pasar perlu mencermati perkembangan situasi dengan seksama. Analisis yang mendalam terhadap data ekonomi domestik dan global, serta pergerakan pasar saham internasional, sangat penting untuk pengambilan keputusan investasi yang tepat. Diversifikasi portofolio investasi juga menjadi strategi yang bijak untuk meminimalkan risiko kerugian akibat ketidakpastian pasar.
Meskipun terdapat potensi koreksi, IHSG masih memiliki potensi untuk pulih jika situasi geopolitik membaik dan sentimen investor kembali positif. Perkembangan selanjutnya dari perang dagang AS-UE akan menjadi penentu utama arah pergerakan IHSG dalam waktu dekat.
Kesimpulannya, prediksi pelemahan IHSG didorong oleh kekhawatiran eskalasi perang dagang AS-UE. Meskipun ada sinyal positif dari bursa saham regional Asia dan Wall Street, ketidakpastian global tetap menjadi ancaman utama bagi pasar saham Indonesia. Para investor perlu bersiap menghadapi potensi volatilitas pasar dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mengurangi risiko.