IHSG Menguat Tipis, Ikuti Tren Positif Bursa Asia di Tengah Ketidakpastian Negosiasi Dagang AS
IHSG ditutup naik tipis 0,12 persen ke 6445,97, mengikuti tren positif bursa Asia, meskipun negosiasi perdagangan Indonesia-AS belum membuahkan hasil konkret dan menimbulkan kekhawatiran.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berhasil ditutup menguat tipis pada Senin sore, 21 April, dengan peningkatan sebesar 7,70 poin atau 0,12 persen, mencapai posisi 6445,97. Penguatan ini sejalan dengan tren positif yang terlihat di mayoritas bursa saham kawasan Asia. Namun, kenaikan tersebut terjadi di tengah ketidakpastian terkait negosiasi perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS).
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, memberikan komentarnya terkait situasi ini. "Pelaku pasar menilai negosiasi Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) belum menunjukkan hasil negosiasi yang konkret bagi kedua pihak," ujar Demus di Jakarta. Pertemuan antara delegasi Indonesia dan perwakilan AS di Washington DC baru-baru ini hanya menyepakati penyelesaian perundingan tarif perdagangan bilateral dalam waktu 60 hari ke depan.
Ketidakpastian ini menimbulkan kekhawatiran di pasar. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap potensi pemberlakuan tarif impor AS terhadap produk Indonesia hingga 47 persen. Hal ini berpotensi mengancam daya saing ekspor Indonesia dan berdampak pada surplus neraca perdagangan. Meskipun neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus 4,33 miliar dolar AS pada Maret 2025, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), potensi tarif resiprokal dari AS tetap menjadi perhatian utama pelaku pasar.
Negosiasi Indonesia-AS dan Dampaknya terhadap IHSG
Negosiasi perdagangan antara Indonesia dan AS menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan IHSG. Ketidakpastian hasil negosiasi menciptakan sentimen negatif di pasar, meskipun IHSG akhirnya ditutup menguat tipis. Hal ini menunjukkan adanya optimisme terbatas di tengah kekhawatiran potensi dampak negatif dari tarif impor AS.
Potensi kenaikan tarif impor hingga 47 persen menjadi perhatian serius bagi pemerintah Indonesia. Dampaknya terhadap daya saing ekspor dan surplus neraca perdagangan menjadi faktor kunci yang dipertimbangkan pelaku pasar dalam menentukan strategi investasi mereka.
Meskipun demikian, penguatan IHSG juga dipengaruhi oleh kinerja positif bursa saham di kawasan Asia. Hal ini menunjukkan bahwa faktor global juga turut berperan dalam menentukan arah pergerakan IHSG.
Faktor Global dan Pergerakan IHSG
Selain negosiasi Indonesia-AS, faktor global juga turut mempengaruhi pergerakan IHSG. Kebijakan Presiden AS Donald Trump, yang diprediksi akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global, menjadi salah satu faktor yang diperhatikan pelaku pasar. IMF memperkirakan tantangan tarif akan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global, namun tidak sampai menyebabkan resesi.
Pernyataan Donald Trump di media sosial terkait Ketua The Fed, Jerome Powell, juga menjadi sorotan. Trump mengkritik Powell karena dianggap tidak cukup cepat dalam memangkas suku bunga acuan. Hal ini dinilai mengancam independensi The Fed dan menimbulkan kekhawatiran di pasar.
Di sisi lain, Bank Sentral Tiongkok (PBoC) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya tanpa perubahan selama enam bulan berturut-turut pada April 2025. Keputusan ini memberikan sedikit stabilitas di tengah ketidakpastian global.
Pergerakan Sektoral dan Saham
Dari sisi sektoral, empat sektor mengalami peningkatan, dengan sektor teknologi mencatatkan kenaikan tertinggi sebesar 3,39 persen. Sektor barang baku dan industri juga menunjukkan kenaikan masing-masing 1,42 persen dan 0,40 persen. Sebaliknya, tujuh sektor mengalami koreksi, dengan sektor barang konsumen primer mengalami penurunan terdalam sebesar 0,95 persen.
Beberapa saham mencatatkan penguatan signifikan, seperti FITT, FORU, FMII, DILD, dan BABY. Di sisi lain, saham-saham seperti SMDM, ITMG, FORE, MEJA, dan NINE mengalami pelemahan. Total frekuensi perdagangan mencapai 987.803 kali transaksi dengan nilai transaksi mencapai Rp8,43 triliun.
Secara keseluruhan, IHSG ditutup menguat tipis, mencerminkan sentimen pasar yang masih berhati-hati di tengah ketidakpastian negosiasi perdagangan Indonesia-AS dan dinamika ekonomi global.
Pergerakan IHSG hari ini juga dipengaruhi oleh kinerja bursa saham regional Asia. Indeks Nikkei melemah 1,30 persen, sementara indeks Kuala Lumpur stagnan, indeks Shanghai naik 0,45 persen, dan indeks Strait Times menguat 1,15 persen.