Tarif Impor AS Naik, IHSG Diprediksi Melemah: Ancaman bagi Pasar Global?
Kenaikan tarif impor AS ke China hingga 145 persen berpotensi melemahkan IHSG dan menimbulkan kekhawatiran di pasar global, memicu volatilitas pasar saham.

Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, kembali menaikkan tarif impor AS terhadap China menjadi 145 persen, memicu kekhawatiran akan melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan pasar saham global. Kenaikan ini terjadi setelah sebelumnya tarif berada di angka 125 persen. Keputusan ini diambil pada Kamis, 10 April 2025, dan berdampak signifikan terhadap bursa saham dunia, termasuk Indonesia.
Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nicodemus atau Nico, memproyeksikan IHSG akan melemah mengikuti tren bursa global. Ia menyatakan, "Setelah pasar saham dunia, termasuk Asia kemarin mengalami kenaikan yang luar biasa, pada akhirnya lagi-lagi dunia kembali merana. Pelaku pasar dan investor khawatir akan tensi yang meningkat di antara keduanya, sehingga mempertaruhkan perdagangan barang hampir lebih dari 700 miliar dolar AS."
Perubahan kebijakan Trump yang tiba-tiba ini telah menggoyahkan kepercayaan pelaku pasar terhadap AS. Nico menambahkan, volatilitas pasar yang terjadi justru dilihat sebagai peluang bagi Trump dan investor tertentu untuk memanipulasi pasar. Namun, di sisi lain, penurunan inflasi AS yang tak terdampak oleh perang tarif impor memberikan sedikit ketenangan bagi pelaku pasar.
Dampak Kenaikan Tarif Impor terhadap Pasar Saham Global
Data inflasi AS yang menunjukkan penurunan, dari 0,2 persen month to month (mtm) menjadi minus 0,1 persen (mtm) dan dari 2,8 persen year on year (yoy) menjadi 2,4 persen (yoy), dimanfaatkan Trump untuk menghadapi volatilitas pasar. Penurunan inflasi ini juga membuka potensi penurunan suku bunga oleh The Fed dan Trump. Namun, hal ini tidak cukup untuk meredam kekhawatiran atas kenaikan tarif impor.
Bursa AS pun menunjukkan penurunan signifikan pada Kamis, 10 April 2025. Indeks Dow Jones melemah 2,5 persen, S&P 500 turun 3,46 persen, Nasdaq terkoreksi 4,31 persen, dan indeks Russell 200 turun 4,27 persen. Kondisi ini jelas berdampak pada sentimen investor global.
Nico menyoroti bahwa jeda 90 hari penerapan tarif baru ini dapat dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk bernegosiasi dengan AS dan memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara lain. Ia juga menekankan bahwa dampak langsung tarif AS terhadap Indonesia tidak terlalu signifikan karena ekonomi Indonesia cukup kuat berkat konsumsi dalam negeri, meskipun AS merupakan pasar ekspor terbesar ketiga bagi Indonesia.
Analisis dan Potensi Mitigasi
Meskipun dampak langsung mungkin tidak terlalu besar, potensi melemahnya IHSG tetap menjadi perhatian. Volatilitas pasar global yang disebabkan oleh kebijakan AS perlu diwaspadai. Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan langkah-langkah strategis untuk mengurangi dampak negatif potensial dari kebijakan proteksionis AS.
Penting bagi Indonesia untuk memperkuat diversifikasi pasar ekspor dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Kerja sama ekonomi yang lebih erat dengan negara-negara lain dapat menjadi strategi mitigasi yang efektif. Pemerintah juga perlu terus memantau perkembangan situasi global dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi domestik.
Ketahanan ekonomi Indonesia yang ditopang oleh konsumsi dalam negeri menjadi faktor kunci dalam menghadapi dampak negatif kebijakan AS. Namun, kewaspadaan tetap diperlukan untuk mengantisipasi potensi gejolak pasar yang lebih besar di masa mendatang. Pemantauan dan antisipasi yang tepat akan membantu Indonesia melewati tantangan ini.
Kesimpulannya, kenaikan tarif impor AS ke China menimbulkan ketidakpastian di pasar global dan berpotensi melemahkan IHSG. Namun, ketahanan ekonomi domestik Indonesia dan langkah-langkah mitigasi yang tepat dapat membantu mengurangi dampak negatifnya. Pemerintah dan pelaku pasar perlu tetap waspada dan adaptif terhadap perkembangan situasi global.