Tarif Impor Trump: Ancaman bagi Ekonomi Jakarta?
Penerapan tarif impor baru oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump berpotensi berdampak signifikan terhadap ekonomi Jakarta, terutama sektor ekspor, meskipun saat ini dampaknya belum terlihat secara langsung.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump baru-baru ini mengumumkan penerapan tarif impor baru terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia. Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap perekonomian Jakarta, khususnya sektor ekspor. Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta telah mengeluarkan pernyataan terkait potensi dampak langsung dan tidak langsung dari kebijakan tersebut.
Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, menyatakan bahwa dampak langsung maupun tidak langsung dari kebijakan tarif impor ini terhadap ekonomi Jakarta memang mungkin terjadi. Namun, besarnya dampak tersebut masih belum dapat dipastikan dan perlu dipantau lebih lanjut. Pernyataan ini disampaikan pada Jumat, 2 Mei 2025, di Jakarta. Kebijakan tarif impor 10 persen yang diberlakukan Trump terhadap 185 negara dan wilayah mulai berlaku pada 9 April 2025, meskipun kemudian ditangguhkan untuk 75 negara yang bersedia bernegosiasi selama 90 hari.
Hasanudin menjelaskan bahwa interaksi antara eksportir dan importir umumnya bersifat business to business, sehingga peran dunia usaha sangat penting dalam menghadapi dampak kebijakan ini. Saat ini, dampak langsung belum terlihat karena masih dalam masa negosiasi. Namun, potensi dampak negatif terhadap perekonomian Jakarta tetap menjadi perhatian utama.
Dampak Potensial terhadap Ekspor Jakarta
Data BPS DKI Jakarta menunjukkan bahwa nilai ekspor Jakarta pada Maret 2025 mencapai 1,39 miliar dolar AS, turun 8,13 persen dibandingkan Februari 2025. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan ekspor nonmigas sebesar 124,56 juta dolar AS (minus 8,27 persen), meskipun ekspor migas mengalami pertumbuhan sebesar 1,94 juta dolar AS (134,14 persen).
Penurunan ekspor nonmigas disebabkan oleh kontraksi di berbagai sektor. Sektor industri pengolahan mengalami penurunan terbesar, yaitu 115,27 juta dolar AS (minus 7,94 persen), diikuti sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (minus 9,25 juta dolar AS atau minus 16,99 persen), dan sektor pertambangan dan lainnya (minus 0,04 juta dolar AS atau minus 99,99 persen).
Meskipun demikian, Hasanudin menekankan bahwa data Maret 2025 belum menunjukkan dampak langsung dari tarif impor AS karena masih terdapat masa penangguhan untuk negosiasi selama 90 hari. Namun, ekspor tahunan (year-on-year) tetap mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 21,48 persen dibandingkan Maret 2024, didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas dan migas.
Analisis dan Pertimbangan Ke Depan
Meskipun saat ini dampak langsung belum terlihat, potensi dampak negatif dari tarif impor AS terhadap ekonomi Jakarta perlu diantisipasi. Pemerintah dan pelaku usaha perlu mempersiapkan strategi untuk mengurangi potensi kerugian dan memaksimalkan peluang di tengah ketidakpastian ekonomi global. Pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap perkembangan situasi ekonomi sangat penting untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dan efektif.
Beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan antara lain adalah diversifikasi pasar ekspor, peningkatan daya saing produk, dan peningkatan efisiensi produksi. Kerjasama antara pemerintah dan pelaku usaha juga sangat krusial untuk menghadapi tantangan ini. Dengan strategi yang tepat, diharapkan ekonomi Jakarta dapat tetap tumbuh dan berkembang meskipun menghadapi tekanan dari kebijakan ekonomi global.
Kesimpulannya, meskipun data ekspor Maret 2025 belum menunjukkan dampak langsung dari tarif impor AS, potensi dampak negatif perlu diwaspadai. Pemerintah dan pelaku usaha di Jakarta perlu bersiap menghadapi berbagai skenario dan mengambil langkah-langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.