Perang Dagang dan Geopolitik Timur Tengah: Sentimen Negatif Guncang IHSG
Perang dagang AS, konflik geopolitik Timur Tengah, dan defisit APBN Indonesia menekan IHSG hingga anjlok lebih dari 5 persen, memaksa BEI melakukan pembekuan perdagangan sementara.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 5 persen pada Selasa, 18 Maret, di Jakarta, memaksa Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan pembekuan perdagangan sementara. Penurunan tajam ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan negara-negara mitra dagangnya, meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa sentimen negatif ini telah membuat investor asing menarik dananya dari pasar saham Indonesia.
Perang dagang AS, yang dimulai sejak era Donald Trump dan berlanjut hingga kini, telah menimbulkan ketidakpastian di pasar global. Kebijakan tarif impor AS dibalas oleh negara-negara seperti China, Uni Eropa, Kanada, dan Meksiko, mengganggu rantai pasokan dan perdagangan internasional. Hal ini turut berdampak negatif terhadap pasar saham Indonesia, yang memiliki keterkaitan erat dengan perekonomian global.
Selain itu, konflik di Timur Tengah, khususnya serangan Israel terhadap Jalur Gaza yang mengakibatkan banyak korban jiwa, juga menambah kekhawatiran investor. Ketegangan geopolitik ini meningkatkan ketidakstabilan global dan membuat dolar AS menguat, sehingga investor cenderung lebih berhati-hati dan menarik investasi mereka dari pasar yang dianggap berisiko, termasuk Indonesia.
Sentimen Negatif Menekan IHSG
Ibrahim Assuaibi menekankan bahwa "Yang menyebabkan IHSG mengalami penurunan cukup signifikan, yaitu tentang perang dagang, kebijakan perdagangan di AS pasca Donald Trump yang sudah berkoar-koar tentang masalah perang dagang." Kebijakan tarif AS dan gejolak di Timur Tengah telah menciptakan sentimen negatif yang kuat di pasar global, termasuk Indonesia.
Ia menambahkan, "Negara-negara tersebut merupakan negara-negara mitra bisnis yang kita lihat yang cukup bagus ya mereka." Artinya, dampak perang dagang AS tidak hanya terbatas pada AS dan negara-negara yang terlibat langsung, tetapi juga berdampak luas pada perekonomian global, termasuk Indonesia yang memiliki hubungan dagang yang signifikan dengan negara-negara tersebut.
Lebih lanjut, Ibrahim menjelaskan bahwa "Kita melihat adalah gejolak konflik ya yang begitu dahsyat terjadi kembali di Timur Tengah, dimana Israel melakukan penyerangan terhadap jalur Gaza yang bahkan ada 121 manusia meninggal. Ini mengindikasikan bahwa perang terbuka antara Hammas dan Israel yang direstui oleh AS kembali lagi terjadi dan ini yang membuat dolar AS kembali lagi menguat dan pasar sedikit apatis terhadap AS dan Israel." Konflik ini menambah ketidakpastian dan risiko di pasar global.
Defisit APBN Indonesia periode Februari 2025 juga memberikan sentimen negatif tambahan. "Terutama adalah defisit anggaran yang kemarin baru dibacakan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, ini pun juga menjadi satu permasalahan tersendiri," kata Ibrahim. Hal ini menunjukkan adanya kekhawatiran akan stabilitas ekonomi domestik.
Dampak Penurunan IHSG dan Respon BEI
Penurunan IHSG yang signifikan, mencapai lebih dari 5 persen, memaksa BEI untuk melakukan pembekuan sementara perdagangan (trading halt) pada pukul 11.19:31 WIB. Pembekuan ini dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk melindungi pasar dan investor.
Pada penutupan perdagangan sesi I, IHSG tercatat melemah 395,87 poin atau 6,12 persen ke posisi 6.076,08. Indeks LQ45 juga turun 38,27 poin atau 5,25 persen ke posisi 691,08. Penurunan ini menunjukkan dampak signifikan dari sentimen negatif yang melanda pasar.
Penurunan IHSG ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar modal Indonesia terhadap perkembangan ekonomi global dan geopolitik. Investor asing menarik dananya (foreign outflow) karena kekhawatiran akan resesi global dan stabilitas ekonomi. Situasi ini membutuhkan langkah-langkah strategis dari pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pasar modal Indonesia.
Situasi ini menjadi pengingat penting bagi investor untuk selalu mempertimbangkan risiko dan diversifikasi investasi. Ketidakpastian global dapat berdampak signifikan pada kinerja investasi, dan pemahaman yang baik terhadap faktor-faktor makro ekonomi sangat penting dalam pengambilan keputusan investasi.
Kesimpulan
Anjloknya IHSG merupakan dampak gabungan dari berbagai faktor eksternal dan internal. Perang dagang, konflik geopolitik, dan defisit APBN telah menciptakan sentimen negatif yang menekan pasar saham Indonesia. Situasi ini membutuhkan respons yang cermat dari pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kepercayaan investor.