IHSG Anjlok 3,31 Persen! Kekhawatiran Tarif AS dan Sentimen Dalam Negeri Jadi Biang Keladi
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tajam 3,31 persen ke level 6.270,60, dipicu kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif AS dan sentimen negatif domestik.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat sore, 28 Februari 202X, ditutup dengan penurunan signifikan sebesar 214,85 poin atau 3,31 persen, berada di posisi 6.270,60. Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran pelaku pasar, terutama investor asing, terhadap kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS). Penurunan ini juga dipengaruhi oleh beberapa sentimen negatif dari dalam negeri. Kondisi ini menunjukkan dampak langsung dari ketidakpastian ekonomi global dan domestik terhadap pasar saham Indonesia.
Penurunan IHSG juga diikuti oleh pelemahan indeks LQ45 yang turun 27,76 poin atau 3,80 persen ke posisi 703,63. Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya menyebutkan bahwa bursa saham regional Asia juga mengalami pelemahan, seiring pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menegaskan berlanjutnya kebijakan tarif terhadap Meksiko dan Kanada, serta rencana penambahan tarif 10 persen untuk China. Pernyataan ini semakin memperkuat sentimen negatif di pasar dan memicu aksi jual saham.
Dampak peningkatan tarif terhadap China menjadi perhatian utama. Ketergantungan ekonomi China pada ekspor dan perdagangan bebas membuat kebijakan ini berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap perekonomian global. Kekhawatiran akan perang dagang global yang berkelanjutan dan berdampak pada perekonomian dunia turut memperburuk kondisi pasar saham Indonesia. Selain sentimen eksternal, beberapa faktor domestik juga berkontribusi pada penurunan IHSG.
Sentimen Negatif Domestik Mempengaruhi IHSG
Pasar menantikan kinerja lembaga baru yang diresmikan pemerintah, namun harapan akan implementasi prinsip Good Corporate Governance (GCG) di tengah kasus korupsi di dalam negeri masih dipertanyakan. Sentimen negatif lainnya datang dari penurunan peringkat saham MSCI Indonesia oleh Morgan Stanley dari "equal-weight" menjadi "underweight". Keputusan ini memberikan sinyal negatif terhadap prospek pasar saham Indonesia di mata investor internasional.
Partisipasi emiten perbankan BUMN dalam program pembangunan tiga juta rumah juga menjadi sorotan. Meskipun pemerintah menugaskan bank-bank milik negara untuk membiayai program ini, ketidakjelasan terkait kualitas aset, tenor pembiayaan, dan calon debitur menimbulkan kekhawatiran akan potensi tekanan terhadap kinerja perbankan BUMN. Ketidakpastian ini menambah beban sentimen negatif yang telah ada.
Sepanjang hari perdagangan, IHSG berada di zona merah. Pada sesi pertama dan kedua, IHSG terus melemah hingga penutupan. Semua sektor mengalami penurunan, dengan sektor barang baku mengalami penurunan terbesar sebesar 5,82 persen, diikuti sektor energi (3,53 persen) dan industri (3,21 persen).
Pergerakan Saham dan Data Perdagangan
Meskipun terjadi pelemahan secara keseluruhan, beberapa saham menunjukkan penguatan, seperti XSSI, LIVE, FMII, HITS, dan INAI. Sebaliknya, saham-saham seperti RONY, TRUS, LION, JAWA, dan ELIT mengalami pelemahan terbesar. Total frekuensi perdagangan mencapai 1.139.000 transaksi, dengan volume perdagangan 18,51 miliar lembar saham senilai Rp12,98 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 209 saham naik, 435 saham turun, dan 311 saham stagnan.
Perlu dicatat bahwa pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh kinerja bursa saham regional Asia. Indeks Nikkei menguat, sementara indeks Shanghai, Kuala Lumpur, dan Straits Times menunjukkan pergerakan yang beragam. Kondisi ini menunjukkan kompleksitas faktor yang mempengaruhi pasar saham, baik internal maupun eksternal.
Kesimpulannya, penurunan IHSG yang signifikan merupakan refleksi dari kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif AS dan sentimen negatif domestik. Ketidakpastian ekonomi global dan domestik menjadi faktor utama yang mendorong aksi jual saham dan menyebabkan pelemahan IHSG. Kondisi ini perlu dipantau secara ketat untuk melihat perkembangan selanjutnya.